Nganjuk (ANTARA News) - Selain memeragakan energi berbahan baku air, Djoko Suprapto di halaman rumahnya pada Kamis juga mendemonstrasikan alat Pembangkit Listrik Mandiri (PLM) yang selama ini disebut pihak Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai pembangkit listrik Jodhipati. Alat berbentuk segi empat warna merah seukuran televisi 20 inci itu diklaimnya mampu menghasilkan energi listrik bertegangan 10.000 watt dengan voltage 220. Ia memeragakan hal tersebut di Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur (Jatim). Alat itu mampu menghidupkan lampu penerangan dan mesin bor. Sedang untuk menghidupkan alat ini, dibutuhkan enam buah baterai kecil (AA/1,5 volt) yang dibungkus gulungan kertas koran yang kedua ujungnya terdapat kabel kecil tersambung pada salah satu colokan alat itu. Setelah alat itu berfungsi, kabel yang tersambung pada enam baterai itu dilepas. "Alat seperti ini yang ada di UMY," kata Djoko, sambil menyilakan wartawan dan masyarakat yang datang ke kediamannya untuk memeriksa bagian dalam alat PLM itu. Sehari sebelumnya, dia telah mempertontonkan kemampuan alat tersebut kepada staf pengajar Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Darat (STTAD) Malang, Kapten Budi Santoso. Pembuktian itu dilakukan Djoko terkait dengan laporan UMY ke Kepolisian Daerah (Polda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atas dugaan penipuan yang mengakibatkan kerugian meteriil dan immateriil. Djoko dianggap tidak mampu menunjukkan niat baik, dan tidak menepati janjinya untuk mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan UMY untuk proyek pembangit listrik Jodhipati tersebut senilai Rp1,5 miliar. (*)