Moskow (ANTARA News) - Angkatan bersenjata akan digunakan bila perlu, termasuk penangkalan dan penggunaan senjata nuklir, untuk melindungi Rusia dan sekutu-sekutunya, kata Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, Yuri Baluyevsky, Sabtu. "Kami tidak bermaksud menyerang siapa pun. Namun semua mitra kami harus menyadari bahwa untuk melindungi Rusia dan sekutu-sekutunya bila perlu menggunakan angkatan bersenjata, termasuk penangkalan dan penggunaan senjata nuklir," kata Baluyevsky seperti dikutip kantor berita Rusia, Itar-Tass pada suatu konferensi ilmiah Academy of Military Sciences. Dengan keadaan darurat ancaman baru untuk keamanan, Rusia butuh meningkatkan sejumlah ketetapan dalam Konsep Keamanan Nasional, kata Baluyevski. "Adalah penting untuk meningkatkan ketetapan konsep, dan sangat penting untuk merubah ketetapan ini ke dalam mekanisme kerja guna melindungi keamanan nasional kami," katanya. Pernyataan petinggi militer Rusia itu disampaikan sehari setelah Georgia mengumumkan bahwa sebanyak 77 persen penduduk Georgia memilih bergabung dengan NATO dalam suatu referendum baru-baru ini. Bergabungnya Georgia ke dalam NATO akan secara serius merubah situasi geostrategis regional, Nikolai Bordyuzha, Sekretaris Jenderal Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) mengatakan, Jumat. "Keanggotaan Georgia di NATO menunjukkan bahwa infrastruktur militer aliansi itu akan lebih terbuka untuk perbatasan-perbatasan CSTO, dan akan lebih meningkatkan aktivitas militer secara langsung di luar perbatasan di luar zona tanggungjawab organisasi itu," katanya. "Ini akan tak dapat dielakkan memprovokasi ketidakstabilan dan tidak dapat diprediksi yang akan membahayakan zona tanggungjawab CSTO tersebut. Tujuh anggota CSTO itu dibentuk pada Oktober 2002 yang berbasis pada Perjanjian Keamanan Kolektif (CST), yang ditandatangani pada Mei 1992 dalam kerangka Persemakmuran Negara-negara Merdeka. CSTO beranggotakan Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Russia, dan Uzbekistan, demikian Xinhua.(*)