Jakarta (ANTARA News) - Kalangan industri elektronik mengharapkan pemerintah mampu menarik produsen kompresor dan panel televisi (TV) LCD ke Indonesia untuk meningkatkan daya saing produk elektronik nasional di pasar global. "Saat ini banyak barang elektronik yang diproduksi di dalam negeri dan pasar domestiknya cukup besar, komponen impornya masih tinggi," ujar Heru Santoso, salah satu Ketua Gabungan Elektronik (GABEL), di Jakarta, Rabu. Ia mencontohkan lemari es yang pasarnya cukup besar di dalam negeri dengan tingkat penetrasi kepemilikan baru mencapai 17 persen, sebagian besar komponennya masih diimpor, terutama kompresor. "Kompresor saja memberi kontribusi sekitar 20 persen dari biaya produksi. Kalau bisa pemerintah berupaya agar ada produsen kompresor yang investasi di Indonesia," ujarnya. Pada Januari-Agustus 2007, berdasarkan data Electronic Marketer Club (EMC) penjualan lemari es mencapai sekitar 1,2 juta unit dan sepanjang tahun lalu penjualannya mencapai sekitar dua juta unit. Menurut Heru, produksi kulkas di Indonesia, khususnya kulkas di bawah 180 liter baik satu maupun dua pintu, memiliki daya saing tinggi, terutama di pasar ASEAN. "Produk elektronik lainnya yang memiliki daya saing yang tinggi di pasar ekspor adalah mesin cuci di bawah 8 kilogram," katanya. Heru mengatakan sebenarnya ada empat produk elektronik yaitu TV, lemari es, AC, dan mesin cuci yang harus didukung pengembangannya oleh pemerintah melalui proteksi pasar dari produk selundupan maupun insentif fiskal. "Permintaan empat produk elektronik tersebut sangat besar di dalam negeri dan penetrasi pasarnya masih rendah," ujarnya. TV misalnya penetrasi pasarnya baru sekitar 58 persen dari 56 juta rumah tangga di Indonesia. Sedangkan tingkat kepemilikan AC baru lima persen, dan mesin cuci hanya tiga persen. Saat ini, lanjut Heru, pertumbuhan permintaan TV yang tinggi dialami TV LCD yang mencapai 400 persen, sehingga ia mengharapkan pemerintah mampu menarik investor membangun industri panel LCD di Indonesia. "Saya yakin investor akan masuk, kalau kue (pasar) elektronik di Indonesia besar. Namun sekarang banyak produk elektronik ilegal mendistorsi pasar, sehingga pasar elektronik tidak tumbuh signifikan," katanya. Untuk menekan produk selundupan tersebut, GABEL, kata dia, telah mengusulkan agar pemerintah menghapus pajak penjualan barang mewah (PPnBM) barang elektronik, sehingga perbedaan harga dengan produk selundupan semakin kecil. "Saat ini produk elektronik nasional hanya memasok sekitar 35-40 persen dari permintaan barang elektronik di dalam negeri," katanya, sehingga produk impor masih tinggi. (*)