BKKBN: Audiovisual berbahasa agama mudahkan masyarakat pahami stunting
29 November 2022 09:16 WIB
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menghadiri peluncuran materi audiovisual pencegahan stunting secara nasional di Pendopo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (28/11/2022). ANTARA/HO-BKKBN.
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan audiovisual yang menggunakan bahasa agama dan dikuasai oleh penyuluh agama dapat mempermudah masyarakat untuk memahami pencegahan stunting.
“Ini merupakan inovasi dan bentuk pembekalan bagi penyuluh agama untuk turut berperan dalam menyampaikan pengetahuan program Percepatan Penurunan Stunting kepada masyarakat di Indonesia,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Dalam peluncuran materi audiovisual secara nasional di Pendopo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (28/11), ia mengatakan terdapat 4,8 juta kehamilan per tahun di Indonesia. Jumlah tersebut setara dengan penduduk Singapura.
Dengan jumlah kelahiran yang begitu tinggi itu, katanya, sayangnya setiap tahun tercatat dua juta pernikahan, di mana 1,6 juta hamil pada tahun pertama pernikahan dan 400 ribu bayi dilahirkan di antaranya berpeluang terkena stunting.
Baca juga: BKKBN Sulsel gencarkan sosialisasi Program DASHAT cegah stunting
Oleh karena itu, katanya, diperlukan kolaborasi lintas sektor sehingga upaya pencegahan stunting dapat dilakukan semenjak dini atau sebelum pernikahan, yang salah satunya terkait dengan keterlibatan penyuluh agama.
Hasto berharap, dengan hadirnya penyuluh agama dibekali materi audiovisual itu, sosialisasi KB ataupun pembentukan keluarga sakinah mawaddah war-rahmah dapat berjalan lebih optimal.
“Sehingga penyuluh KB dan agama tidak hanya memberikan informasi mengenai keluarga, tapi juga menjadi contoh teladan dalam membina keluarga sakinah, mawaddah war-rahmah,” katanya.
Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama Ahmad Zayadi membeberkan saat ini terdapat 50.262 penyuluh agama PNS dan 45 ribu penyuluh agama non-PNS.
Sebanyak 10.032 orang di antara mereka telah mengikuti Bimtek Penguatan Kompetensi Penceramah Agama dan tergabung dalam Majelis Da'i Kebangsaan yang memiliki kemampuan spesial sehingga dapat dengan mudah menyampaikan upaya pencegahan stunting.
Selain menyosialisasikan stunting dan keluarga berencana, katanya, penyuluh agama juga dapat membekali para calon pengantin dengan materi-materi yang berhubungan dengan kesehatan, seperti pemeriksaan tiga bulan sebelum menikah.
Ia berpendapat, kolaborasi itu mendukung upaya mempercepat penurunan angka stunting menjadi sesuai target 14 persen pada 2024.
"Penyuluh agama menjadi rujukan umat. Ini penting, karena penyuluh agama menjadi sumber literatur dalam memperkuat moderasi agama masyarakat," ujar dia.
Baca juga: BKKBN sebut 84,4 juta anak jadi investasi Indonesia di masa depan
Baca juga: BKKBN: Perhatikan asupan gizi anak korban gempa Cianjur
Baca juga: BKKBN: Anak stunting Pulau Sebatik butuh perhatian pemerintah
“Ini merupakan inovasi dan bentuk pembekalan bagi penyuluh agama untuk turut berperan dalam menyampaikan pengetahuan program Percepatan Penurunan Stunting kepada masyarakat di Indonesia,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Dalam peluncuran materi audiovisual secara nasional di Pendopo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (28/11), ia mengatakan terdapat 4,8 juta kehamilan per tahun di Indonesia. Jumlah tersebut setara dengan penduduk Singapura.
Dengan jumlah kelahiran yang begitu tinggi itu, katanya, sayangnya setiap tahun tercatat dua juta pernikahan, di mana 1,6 juta hamil pada tahun pertama pernikahan dan 400 ribu bayi dilahirkan di antaranya berpeluang terkena stunting.
Baca juga: BKKBN Sulsel gencarkan sosialisasi Program DASHAT cegah stunting
Oleh karena itu, katanya, diperlukan kolaborasi lintas sektor sehingga upaya pencegahan stunting dapat dilakukan semenjak dini atau sebelum pernikahan, yang salah satunya terkait dengan keterlibatan penyuluh agama.
Hasto berharap, dengan hadirnya penyuluh agama dibekali materi audiovisual itu, sosialisasi KB ataupun pembentukan keluarga sakinah mawaddah war-rahmah dapat berjalan lebih optimal.
“Sehingga penyuluh KB dan agama tidak hanya memberikan informasi mengenai keluarga, tapi juga menjadi contoh teladan dalam membina keluarga sakinah, mawaddah war-rahmah,” katanya.
Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama Ahmad Zayadi membeberkan saat ini terdapat 50.262 penyuluh agama PNS dan 45 ribu penyuluh agama non-PNS.
Sebanyak 10.032 orang di antara mereka telah mengikuti Bimtek Penguatan Kompetensi Penceramah Agama dan tergabung dalam Majelis Da'i Kebangsaan yang memiliki kemampuan spesial sehingga dapat dengan mudah menyampaikan upaya pencegahan stunting.
Selain menyosialisasikan stunting dan keluarga berencana, katanya, penyuluh agama juga dapat membekali para calon pengantin dengan materi-materi yang berhubungan dengan kesehatan, seperti pemeriksaan tiga bulan sebelum menikah.
Ia berpendapat, kolaborasi itu mendukung upaya mempercepat penurunan angka stunting menjadi sesuai target 14 persen pada 2024.
"Penyuluh agama menjadi rujukan umat. Ini penting, karena penyuluh agama menjadi sumber literatur dalam memperkuat moderasi agama masyarakat," ujar dia.
Baca juga: BKKBN sebut 84,4 juta anak jadi investasi Indonesia di masa depan
Baca juga: BKKBN: Perhatikan asupan gizi anak korban gempa Cianjur
Baca juga: BKKBN: Anak stunting Pulau Sebatik butuh perhatian pemerintah
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022
Tags: