Medan (ANTARA News) - Seorang pengamat politik menyebut dua faktor yang menjadi penyebab kekalahan Partai Golkar dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Jabar dan Sumut. "Kedua faktor itu adalah tidak ditampilkannya sosok yang diinginkan masyarakat dan tidak bekerjanya mesin politik partai tersebut," kata Ketua Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (USU), Drs H Heri Kusmanto, MA di Medan, Selasa. Dalam pemungutan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar 2008-2013 pada 13 April lalu, Partai Golkar mencalonkan pasangan Danny Setiawan dan Iwan Ridwan Sulandjana. Sedangkan dalam pemungutan suara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut 2008-2013 pada 16 April lalu, Partai Golkar mencalonkan pasangan Ali Umri dan Maratua Simanjuntak. Kedua pasangan calon kalah dalam perolehan suara dibandingkan dengan pasangan calon dari partai lain. Menurut Heri, kemenangan Golkar dalam Pemilu 2004 tidak dapat menjadi ukuran bahwa sosok yang diusung partai itu akan memenangi pemilihan kepala daerah. Kemenangan dalam pemilihan kepala daerah, katanya, sangat bergantung pada ketokohan calon yang diusung. Jika calon yang diusung memiliki karisma dan diakui ketokohannya, maka kemungkinan menang akan sangat besar karena disukai dan diinginkan masyarakat. "Untuk kasus Jabar dan Sumut, calon yang diusung Golkar tidak memiliki karisma dan tidak diinginkan masyarakat, sehingga mengalami kekalahan," kata Heri yang juga Direktur Program Pascasarjana Universitas Medan Area itu. Heri menambahkan mesin politik Partai Golkar yang tidak bekerja maksimal dalam mendulang suara juga menjadi penyebab kekalahan. Kondisi tersebut bisa disebabkan karena kekuatan partai terpecah, katanya. Dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Sumut misalnya kekuatan Partai Golkar terpecah karena ada tiga kadernya yang mencalonkan diri, yakni Ali Umri, Abdul Wahab Dalimunthe, dan Syamsul Arifin. (*)