Yala, Thailand (ANTARA News) - Tersangka pejuang menewaskan tiga orang di daerah berpenduduk sebagian besar warga Melayu di Thailand selatan, kata polisi setempat, Jumat. Mereka tewas oleh penembak berkendaraan sewaktu pergi ke masjid setempat di provinsi Yala pada Kamis malam, kata polisi, sementara di daerah dekatnya ada seorang penyadap karet berumur 44 tahun juga ditembak mati. Sebelumnya, pada hari sama di Provinsi Pattani ada satu tentara tewas akibat perlawanan saat pejuang menyerang dan meledakkan pangkalan tentara di provinsi Narathiwat pada 4 Januari 2004, yang menghidupkan lagi ketegangan lama. Wilayah selatan itu adalah kesultanan mandiri Melayu sampai Siam Thailand mencaploknya pada 1902, yang memicu berdasawarsa permusuhan terhadap negara tersebut. Lebih dari 2.800 orang --baik Siam maupun Melayu-- tewas sejak pemberontakan itu dimulai, dengan pembunuhan bertambah sering dan keji. Lima bom, yang diletakkan pejuang, menghantam wilayah rusuh Thailand selatan pada ahir Desember, mencederai 27 orang di kota perbatasan dengan Malaysia, kata polisi. Bom itu diletakkan di jalan, tempat banyak loka wisata di kota Sun Ngai Kolok di propinsi Narathiwat, mencederai 27 orang, dua di antara mereka luka parah, kata polisi. "Itu mungkin dilakukan anggota kelompok garis keras, yang mengincar orang tidak bersalah selama Tahun Baru," kata kepala polisi setempat Kolonel Prabphan Meemongkon kepada Kantor Berita Prancis (AFP). Ia menyatakan, polisi berhasil menjinakkan sebuah bom di sebuah hotel di wilayah berpenduduk sebagian besar Melayu itu, tempat gerilyawan melakukan perjuangan berdarah untuk mendirikan negara, tapi lima bom menghantam dua hotel terdekat. Ledakan pertama terjadi sekitar pukul 00.40 waktu setempat (00.40 WIB) menyebabkan orang lari ke tempat parkir hotel itu, tempat bom lain disembunyikan. Seorang perwira polisi di Narathiwat menyatakan, bom itu ditempatkan dalam kemasan rokok, yang disimpan di ruang disko hotel tersebut. Satu ledakan lain menghantam bar karaoke hotel, katanya. Serangan itu terjadi setahun setelah serangkaian ledakan menghantam ibukota Thailand, Bangkok, pada malam Tahun Baru 2006, yang menewaskan tiga orang. Tak seorang pun didakwa sehubungan dengan serangan bom tersebut. Tiga orang, termasuk seorang polisi, akhir Desember ditembak mati saat gerilyawan menyerang sebuah mobil polisi di Thailand selatan, kata polisi. Gerilyawan Melayu diduga membunuh seorang polisi berusia 30 tahun setelah 15 menit bakutembak di Narathiwat, salah satu dari tiga propinsi di perbatasan dengan Malaysia, yang dilanda kekerasan, kata mereka. Gerilyawan itu melarikan diri, namun kemudian kembali, setelah perwira melakukan pengepungan, dan mulai menembak lagi. Polisi menewaskan dua gerilayawan dalam bakutembak kedua tersebut. Tiga tentara Thailand pada Desember tewas dalam bentrokan dengan pejuang di Thailand selatan, kata polisi. Prajurit itu sedang meronda di propinsi Yala saat pejuang mengadang mereka di jalan dan melepaskan tembakan. Bakutembak antara mereka berlangsung sekitar 20 menit, yang menyebabkan tiga tentara kerajaan itu cedera, kata polisi. Kelompok pejuang tersebut kemudian melarikan diri dari tempat kejadian, sedangkan tentara cedera meninggal di rumah sakit. (*)