Seoul (ANTARA News) - Korea Utara Senin gagal memenuhi batas waktu penting penutupan fasilitas-fasilitas atom dan pengumuman semua program nuklirnya, yang memicu peringatan-peringatan Amerika Serikat (AS) berkaitan kegagalan pelaksanaan perjanjian perlucutan senjata nuklir yang bersejarah itu. Pyongyang diperkirakan akan menyelesaikan penutupan pabrik-pabrik nuklirnya dan menyerahkan deklarasi program nuklirnya pada 31 Desember dengan imbalan satu juta ton bahan bakar minyak atau bantuan energi yang setara, selain keuntungan-keuntungan diplomatik lainnya. Penutupan reaktor mereka dimulai November lalu, yang didanai dan diawasi oleh AS, diperkirakan gagal memenuhi batas waktu yang ditentukan karena alasan-alasan teknik. Tapi, menurut laporan kantor berita Jepang, Kyodo, Korea Utara juga telah mengatakan kepada AS bahwa pihaknya telah mengurangi jumlah pekerja untuk melakukan operasi itu. Seorang pejabat Pyongyang dilaporkan telah memperingatkan pada pekan lalu atas penurunan pekerjaan itu, karena penundaan pengiriman bantuan energi yang dilakukan. Jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Tom Casey, Senin membenarkan bahwa Korea Utara gagal menyampaikan deklarasi data rinci program-program atomnya pada batas waktu 31 DSesember, yang disepakati oleh enam negara pada Februari lalu. "Tidak ada perubahan dalam menit-menit terakhir," kata Casey kepada para wartawan. "Itu sangat disayangkan, tapi kami terus bekerja untuk masalah ini." Korea Utara kini beresiko kehilangan insentif diplomatik dan ekonomi yang dijanjikan sebagai imbalan pengumuman deklarasi penuh kegiatan nuklir mereka, kata jurubicara Gedung Putih Scott Stanzel. "Ini adalah suatu proses tindakan untuk tindakan," katanya kepada wartawan di Texas, di mana Presiden AS George W. Bush merayakan tahun baru 2008 di peternakannya. Para analis memperkirakan, tugas Korea Utara berkaitan deklarasi program nuklirnya itu tidak jelas, namun beberapa analis lain mengatakan bahwa pengumuman itu akan ditunda selama beberapa bulan. "Penutupan reaktor adalah persoalan teknik, deklarasi adalah strategi politik yang perlu pertimbangan pemikiran yang banyak," kata Kim Sung-Han, profesor politik masalah-masalah internasional pada Universitas Korea kepada AFP. "Deklarasi itu tampaknya sebagai ujian apakah Pyongyang benar-benar bersedia sebagai satu negara bebas nuklir. Sekarang mengalami jalan buntu, tapi itu mestinya tidak dibuat keputusan strategis sebelumnya." Departemen luar negeri AS mengatakan, perunding tertingginya bidang nuklir, Christopher Hill, sekarang diharapkan akan mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Jepang, Korea Selatan, China dan Rusia untuk membuat perencanaan tahap berikutnya. Jepang dan Korea Selatan juga menyesalkan gagalnya pemenuhan batas waktu itu, dan kementerian luar negeri Jepang menyerukan kepada Korea Utara agar `memberikan deklarasi yang menyeluruh dan benar terhadap semua program nuklirnya secepat mungkin.` Pemerintah Seoul juga mengimbau negara tetangganya itu agar `memenuhi janji menyampaikan deklarasi atas semua program nuklirnya sesegera mungkin dan menuntaskan penutupan fasilitas nuklirnya tanpa ditunda-tunda lagi,` menurut pernyataan kementerian luar negeri. Menurut laporan-laporan media Jepang, Korea Utara telah mengatakan kepada AS bahwa pihaknya telah memproduksi sebanyak 30 kilogram plutonium, yang oleh Washington diperkirakan sekitar 50 kilogram. Tudingan program pengayaan uranium itu adalah kendala lain yang penting, yang pernah menjadi masalah pada 2002 yakni pada kesepakatan perlucutan senjata sebelumnya yang juga gagal, demikian laporan AFP. (*)