Jakarta (ANTARA News) - Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengaku enggan dicalonkan sebagai salah satu kandidat ketua umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) setelah induk organisasi sepakbola dunia (FIFA) meminta agar dilakukan pemilihan ulang. "Saya belum bersedia saat ini...waktunya tidak tepat, karena saya mau konsentrasi mengurusi bulutangkis karena tahun depan ada event-event penting, diantaranya kita akan menjadi tuan rumah Piala Thomas dan Uber serta ada Olimpiade," ujar Sutiyoso usai membuka kejuaraan nasional bulutangkis usia dini di Jakarta, Sabtu. Sutiyoso disebut-sebut sebagai salah satu calon pengganti Nurdin Halid, Ketua Umum PSSI yang terpilih April lalu di Makassar, yang oleh FIFA tidak diakui keabsahannya. "Terima kasih kepada para pendukung saya, tetapi sekali lagi saatnya tidak tepat," katanya seraya menambahkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan kejuaraan dunia beregu putra dan putri Piala Thomas dan Uber, pihaknya harus mempersiapkan dengan baik, "agar hasilnya maksimal". Olimpiade Beijing 2008 juga menjadi alasan Sutiyoso menolak pencalonan tersebut. "Bulutangkis adalah cabang yang selama ini diandalkan untuk mempertahankan tradisi emas di Olimpiade, kalau bulutangkis tidak bisa lagi memberi jaminan emas, posisi Indonesia akan semakin melorot," katanya. Dalam surat jawaban yang ditandatangani Delegate President NOC FIFA Jerome Champagne, FIFA menegaskan kembali bahwa Komite Eksekutif telah mengonfirmasi keputusan Komite Asosiasi tersebut dan mengistruksikan agar PSSI melakukan pemilihan ulang di bawah pengawasan FIFA dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Pemilihan ulang tersebut harus dilakukan oleh PSSI karena, menurut FIFA, pelaksanaannya bertentangan dengan Pedoman Dasar PSSI sendiri. Selain itu, FIFA juga menegaskan seseorang yang menjalani hukuman dan saat ini tengah berada di penjara tidak diperkenankan untuk ikut pemilihan. Nurdin Halid sendiri telah menyatakan menolak mundur dari jabatannya meskipun organisasi sepak bola dunia FIFA telah menegaskan agar badan sepak bola Indonesia itu segera melakukan pemilihan ulang karena FIFA tidak mengakui hasil pemilihan di Makassar pada April lalu.(*)