Jakarta (ANTARA News) - Defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada triwulan IV 2018 kian melebar menjadi 9,1 miliar dolar AS atau 3,57 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), yang salah satunya disebabkan impor tinggi melampaui kinerja ekspor.

Jika dirupiahkan, defisit transaksi berjalan selama tiga bulan terakhir 2018 itu mencapai Rp132,5 trilun dengan asumsi kurs 1 dolar AS setara Rp14.481 per dolar AS (kurs tengah BI akhir Desember 2018).

Direktur Eksekutif Departemen Statistik Bank Indonesia, Yati Kurniati di Jakarta, Jumat, mengatakan memburuknya kinerja perdagangan seiring tingginya permintaan impor yang membuat defisit transaksi perdagangan barang semakin dalam.

Untuk kuartal IV 2018, defisit neraca perdagangan barang mencapai 2,6 miliar dolar AS, sementara neraca jasa defisit 1,6 miliar dolar AS.

"Namun defisit ini utamanya untuk memenuhi kebutuhan produktif," ujar dia.

Selain itu, jika merujuk data BI, tetap tingginya defisit transaksi pendapatan primer juga turut menekan neraca transaksi berjalan sepanjang tahun lalu. Defisit neraca pendapatan primer di triwulan IV saja mencapai 7 miliar dolar AS.

Oleh karena melebarnya defisit transaksi berjalan di kuartal IV, maka defisit neraca transaksi berjalan sepanjang 2018 meningkat hampir dua kali lipat menjadi 31,1 miliar dolar AS atau atau 2,98 persen terhadap PDB. Pada 2017, defisit transaksi berjalan hanya 16,2 miliar dolar AS atau 1,6 persen PDB.

Baca juga: Neraca Pembayaran Indonesia defisit 7,1 miliar dolar AS
Baca juga: Flash - BI : transaksi berjalan defisit 2,98 persen PDB 2018