Tokyo (ANTARA News) - Data terakhir AS dan perubahan sikap dovish Federal Reserve terus mengangkat saham-saham Asia pada perdagangan Selasa, sementara dolar AS mempertahankan kendali atas mata uang pesaingnya.
Indeks Nikkei Jepang naik 0,4 persen sebelum menghapus keuntungannya, sementara indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen.
Saham-saham Australia melonjak 1,95 persen, dengan sektor keuangan yang sudah lama melonjak akibat short-covering setelah penyelidikan khusus yang ditunjuk pemerintah mengecam sektor keuangan Australia atas pelanggaran, tetapi mempertahankan struktur bank-bank kuat di negara itu di tempat.
Di tempat lain di Asia, perdagangan tipis, karena pasar di China yang lebih besar, Korea Selatan, Singapura dan Indonesia semuanya ditutup untuk libur Tahun Baru Imlek.
Di Wall Street, S&P 500 naik, dengan sektor teknologi dan industri mencatat peningkatan terbesar karena investor bersiap untuk minggu besar laporan laba perusahaan kuartal keempat.
Setelah bel penutupan, saham induk perusahaan Google, Alphabet turun sekitar tiga persen karena pengeluaran yang lebih tinggi pada kuartal keempat mengkhawatirkan investor, sekalipun pendapatan dan labanya mengalahkan ekspektasi Wall Street.
Indeks MSCI ukuran saham di seluruh dunia mencapai tertinggi dua bulan, setelah naik lebih dari 13 persen dari level terendah dua tahun akhir Desember, dibantu oleh perubahan taktik The Fed.
Ketua The Fed Jerome Powell telah mengisyaratkan upaya pengetatan tiga tahun mungkin akan berakhir, di tengah prospek ekonomi AS yang tiba-tiba suram karena kekhawatiran pertumbuhan global dan sengketa perdagangan AS-China.
Data yang diumumkan pada Jumat (1/2) menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS melonjak pada Januari, sementara ukuran utama sektor manufaktur AS menunjukkan ketahanan yang mengejutkan setelah penurunan tak terduga pada Desember, menghilangkan kekhawatiran tentang perlambatan langsung dalam ekonomi AS.
Hiroshi Nakamura, manajer senior perencanaan investasi di Mitsui Life Insurance, mengatakan reaksi positif pasar keuangan terhadap data AS berkurang seiring berjalannya waktu, tetapi harapan untuk kesepakatan perdagangan AS-China "akan terus mendukung pasar sampai kedua belah pihak mencapai keputusan resmi".
Dolar AS menguat di seluruh papan, karena investor dipengaruhi angka penggajian AS yang kuat pada Jumat (1/2).
Indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya naik menjadi 95,843, setelah naik 0,27 persen pada Senin (4/2).
Euro melemah menjadi 1,1436 dolar AS, turun dari tertinggi tiga minggu di 1,15405 dolar AS yang ditetapkan pada Kamis (31/1).
Dolar menguat menjadi 109,92 yen, setelah naik ke 110,165 yen pada hari sebelumnya, level tertinggi dalam lima minggu.
Pound Inggris tergelincir menjadi 1,3035 dolar AS, setelah dengan cepat menghapus kenaikan singkat pada Senin (4/2) menyusul laporan surat kabar bahwa barang-barang yang dikirim ke Inggris dari Uni Eropa dapat diambaikan tanpa pemeriksaan jika "tidak ada kesepakatan" Brexit.
Dolar Australia turun 0,4 persen menjadi 0,7196 dolar AS, setelah penjualan ritel lokal dan data perdagangan memperkuat kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan di Australia.
Pada pertemuan Selasa, Reserve Bank of Australia diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, meskipun beberapa pemain pasar sekarang mengharapkan penurunan tahun ini karena meningkatnya tanda-tanda pelemahan ekonomi.
Harga minyak didukung oleh pemangkasan pasokan yang dipimpin OPEC dan sanksi-sanksi Amerika Serikat terhadap Venezuela.
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), naik 0,4 persen menjadi 54,76 dolar AS per barel. WTI mencapai tertinggi dua setengah bulan di 55,75 dolar AS per barel pada Senin (4/2).
Baca juga: Pasar saham Asia menguat setelah Pemerintahan AS dibuka kembali
Baca juga: Pasar saham merangkak Asia naik
Sebagian besar saham Asia perpanjang kenaikan
5 Februari 2019 10:13 WIB
Seorang pria berjalan melewati papan bursa diluar kantor pialang saham di Tokyo. (FOTO ANTARA/REUTERS/Toru Hanai)
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: