Pembukaan kembali pemerintah AS jelas merupakan nilai tambah bagi sentimen pasar
Tokyo (ANTARA News) - Saham-saham Asia menguat pada awal perdagangan Senin pagi, karena bursa Wall Street meningkat menyusul pengumuman kesepakatan pembukaan kembali Pemerintahan AS setelah penutupan berkepanjangan yang mengguncang sentimen investor.

Indeks MSCI, ukuran lebih luas dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang, naik 0,2 persen.

Indeks KOSPI Korea Selatan juga naik 0,2 persen, saham-saham Selandia Baru menguat, sementara Nikkei 225 Jepang melawan tren dan menurun 0,2 persen. Pasar keuangan Australia ditutup untuk liburan "Hari Australia".

Menghadapi tekanan yang memuncak, Presiden AS Donald Trump sepakat pada Jumat (25/1) untuk sementara waktu mengakhiri penutupan sebagian pemerintahan AS yang berusia 35 hari tanpa mendapat 5,7 miliar dolar AS yang ia minta dari Kongres untuk pembangunan tembok perbatasan.

Sebagai tanggapan, Wall Street menguat secara luas pada Jumat (25/1) karena investor menyambut baik pembukaan kembali penutupan sebagian pemerintahan AS yang terlama dalam sejarah.

Penutupan pemerintahan telah membuat para investor cemas dan frustrasi ketika datang pada saat kekhawatiran meningkat atas perlambatan pertumbuhan global, tanda-tanda tekanan dalam laba perusahaan dan perang perdagangan China-AS yang masih belum terselesaikan.

"Kenaikan di pasar saham yang lebih luas tampak akan terus berjalan. Pembukaan kembali pemerintah AS jelas merupakan nilai tambah bagi sentimen pasar," kata Soichiro Monji, ekonom senior di Daiwa SB Investments.

"Masih ada faktor-faktor risiko potensial, seperti sengketa perdagangan AS-China dan Brexit," katanya, dikutip dari Xinhua.

Di pasar mata uang, pound berdiri tinggi, melayang di dekat tertinggi tiga bulan 1,3218 dolar AS yang tercapai pada Jumat (25/1) didukung optimisme bahwa Inggris dapat menghindari Brexit tanpa kesepakatan.

Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret, tetapi anggota parlemen negara itu masih jauh dari menyetujui perjanjian pemisaham tersebut. Hal itu membuat pasar, khawatir tentang kemungkinan Brexit yang kacau, membuat gelisah selama beberapa minggu terakhir.

Euro juga menguat terhadap dolar AS yang melorot.

Mata uang tunggal diperdagangkan 0,05 persen lebih tinggi pada 1,1412 dolar AS, setelah naik 0,9 persen pada Jumat (25/1), memangkas kerugian dari awal pekan lalu karena komentar yang terdengar "dovish" oleh Presiden Bank Sentral Eropa (ECB)Mario Draghi.

Dolar AS juga sedikit lebih rendah terhadap mata uang Jepang, diperdagangkan di 109,48 yen, menyusul kerugian ringan pada akhir pekan lalu.

Imbal hasil obligasi 10-tahun AS yang dijadikan sebagai acuan sedikit berubah pada 2,754 persen setelah meningkat empat basis poin pada Jumat (25/1) di tengah melonjaknya saham-saham AS.

Minyak mentah berjangka AS turun 0,55 persen menjadi 53,39 dolar AS per barel, kehilangan beberapa momentum setelah dua sesi mencatat kenaikan.

Harga minyak naik menjelang akhir pekan lalu karena gejolak politik di Venezuela mengancam memperketat pasokan minyak mentah, dengan Amerika Serikat mengisyaratkan akan memberlakukan sanksi-sanksi terhadap ekspor dari negara Amerika Selatan itu.

Baca juga: Bursa Wall Street naik didorong laba perusahaan dan penghentian penutupan pemerintahan
Baca juga: Pengambilan risiko picu pasar saham Eropa dekati tertinggi dua bulan
 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019