Jakarta (ANTARA News) - Pemberian stimulasi yang teratur dan terus-menerus akan menciptakan anak yang cerdas, bertumbuh kembang dengan optimal, mandiri, serta memiliki emosi yang stabil, dan mudah beradaptasi. Ahli spesialis anak dr. Caroline Mulawi, Sp.A. pada acara "road show" produk popok dan "toiletries" bayi Huggies mengatakan di Jakarta, Minggu, perasaan kasih sayang akan juga makin memperkuat ikatan emosi ("bonding") ibu dan bayi, bahkan sampai anak tumbuh dewasa. "Melalui stimulasi tersebut, anak dapat mencapai perkembangan optimal pada penglihatan, pendengaran, perkembangan bahasa, sosial, kognitif, gerakan kasar, halus, keseimbangan, koordinasi, dan kemandirian," kata Caroline, yang berpraktek di RS Omni Medical Center Jakarta, dan RS. Omni International Alam Sutera, Tangerang. Sementara itu, Managing Director Kimberly-Lever Indonesia, Bong R. Kamus, Jr, mengatakan pihaknya -- sebagai produsen produk Huggies -- sangat mendukung program sosialisasi pengikatan emosi ibu dan bayi ("mother-infant bonding") serta stimulasi pada anak usia balita yang dipercaya dapat memperkuat perkembangan fisik, mental, dan sosial anak. Dikatakannya dalam "road show" Huggies tersebut pihaknya juga telah bekerja sama dengan lembaga pelatihan senam otak untuk balita "Brain Gym" dalam upaya menunjang program sosialisasi peningkatan kecerdasan anak. Program Stimulasi Caroline mengatakan stimulasi telah dapat diberikan pada bayi sejak masih dalam kandungan, pada usia kehamilan enam minggu dengan cara mengajak bicara pada bayi yang masih dalam kandungan serta memperdengarkan musik lembut. "Hasil penelitian membuktikan nantinya bayi akan memiliki tingkat kecerdasan atau IQ ("intelligence quotient") yang lebih tinggi 14 poin dibanding anak-anak usia sebaya serta memiliki kemampuan bicara lebih cepat," kata dia. Setelah bayi lahir, ibu atau pengganti ibu, seperti halnya "baby sitter", dapat terus melakukan stimulasi. Untuk bayi usia 0-3 bulan, stimulasi yang diberikan antara lain dengan cara menggantungkan mainan yang bisa bergerak, mengajak bicara, menyanyi, memutarkan rekaman musik, serta melatih mengangkat kepala, dada, memiringkan badan, serta tengkurap. Pada usia 3-6 bulan, stimulasi yang diberikan antara lain dengan memperlihatkan cermin, melatih tengkurap, berguling, memberikan mainan yang dapat dipegang dan diraih. Pada usia 6-9 bulan, stimulasi tetap diberikan dengan melanjutkan stimulasi sebelumnya serta melatih bersalaman, bertepuk tangan, melambaikan tangan dan menunjuk ke benda-benda yang jauh. Pada anak usia 9-12 bulan, mereka dapat dilatih menyebutkan nama-nama orang di dalam keluarga, menggelindingkan bola, serta mulai berlatih berdiri dan berjalan berpegangan, sementara pada usia 12-18 bulan stimulasi dilanjutkan dengan melatih anak menyusun kubus, balok, bermain menggunakan boneka, sendok, belajar melepas celana, baju, serta mulai berjalan tanpa pegangan. Stimulasi dilanjutkan pada usia anak 18-24 bulan dengan mengajarkan mereka menyebut nama gambar, bagian tubuh anak, binatang, serta berlatih mencuci tangan, sikat gigi, serta bermain melempar bola dan melompat. Pada anak usia 2-3 tahun stimulasi dilanjutkan dengan mengajarkan mereka mengenai kegunaan benda sehari-hari, memakai baju sendiri, menggambar garis lingkaran, serta berlatih berdiri dengan satu kaki. Sementara pada usia tiga tahun ke atas stimulasi diarahkan untuk perkembangan kesiapan sekolah anak, antara lain dengan memperkenalkan huruf dan angka serta berlatih berhitung sederhana. (*)