Tasni, penerima bansos sukses usaha minyak nilam
14 Agustus 2018 18:30 WIB
Sejumlah keluarga penerima manfaat menunjukkan kartu keluarga sejahtera sebagai penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH). (Foto: Dokumentasi Humas Kemensos)
Jakarta (ANTARA News) - Tasni (41), warga Desa Wonorejo Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, sebelumnya merupakan salah seorang penerima bantuan sosial program keluarga harapan (PKH), sekarang sukses dengan usaha penyulingan minyak nilam dan minyak daun cengkih.
"Alhamdulillah dari PKH sangat membantu saya terutama untuk anak sekolah," kata Tasni di Jakarta, Selasa.
Tasni turut hadir dalam acara Gebyar Prestasi Keluarga Sejahtera Indonesia yang digelar Kementerian Sosial di Cibubur, Minggu (12/8).
Tasni bersama suami awalnya hanya bertani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekeluarga. Sejak 2011 ia mendapatkan bantuan sosial PKH.
Karena mendapatkan bansos, ia tidak terlalu khawatir lagi kebutuhan sekolah kedua anaknya. Tasni akhirnya memberanikan diri meminjam modal usaha ke bank dengan mengagunkan sertifikat tanahnya yang berdiri gubuk tempat tinggal mereka.
Dengan modal usaha tersebut, pada 2011 ia memulai usaha penyulingan minyak daun cengkeh dan daun nilam.
"Saya melihat banyak sekali daun cengkeh yang rontok dan terbuang begitu saja, akhirnya saya berpikir untuk menyuling menjadi minyak," kata Tasni yang tinggal di kawasan Perkebunan Nusantara di Tulungagung.
Setelah menjalankan usaha selama sekitar tiga tahun dan mulai merasakan hasilnya, pada 2013 ia keluar secara mandiri dari kepesertaan PKH.
Dari usaha penyulingan manual di rumahnya tersebut, dalam sebulan setidaknya Tasni mendapat penghasilan Rp100 juta, ia juga mampu mempekerjakan tetangganya sehingga membantu perekonomian mereka.
Sebanyak empat pekerja membantu penyulingan di rumahnya, sementara masing-masing satu orang dari tujuh desa di sekitarnya direkrut untuk mengepul daun cengkeh dan nilam.
"Alhamdulillah bisa mengubah nasib kami sekeluarga dan keluar dari PKH karena sudah mampu, sebab masih banyak yang membutuhkan bantuan," katanya.
Minyak nilam menjadi campuran untuk parfum, dijual seharga Rp420 ribu per liter sementara minyak daun cengkeh berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit yang dijual Tasni Rp236 ribu per liter kepada pengepul.
Dalam sehari, Tasni mampu menghasilkan sekitar 24 liter minyak daun cengkeh dari delapan ketel penyulingan manualnya.
Ke depan Tasni berencana untuk memproduksi minyak serai dan mulai merintis penanaman serai bersama warga sekitarnya.
Selain Tasni, masih banyak penerima bansos PKH yang akhirnya bisa mandiri dan keluar dari kemiskinan.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat mengatakan pada 2017 sebanyak 310 keluarga penerima manfaat (KPM) PKH telah graduasi atau keluar dari kepesertaan program secara mandiri karena meningkatnya kesejahteraan.
"Sejak awal PKH hingga saat ini ada sekitar 1,5 juta KPM yang sudah graduasi mandiri," kata Harry.
Bansos PKH dimulai sejak 2007 dan hingga saat ini telah menjangkau 10 juta KPM pada 2018.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa terjadi penurunan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 630 ribu orang menjadi 25,95 juta orang atau 9,82 persen per Maret 2018 dibandingkan per September 2017 (26,58 juta orang atau 10,12 persen).
Persentase angka kemiskinan sebesar 9,82 persen per Maret 2018 tersebut, merupakan angka terendah sepanjang sejarah Republik Indonesia.
Capaian itu menurut BPS disebabkan antara lain bantuan sosial meningkat 87,6 persen seperti program keluarga harapan (PKH), bantuan pangan non tunai (BPNT), dan beras sejahtera (rastra) yang ada di Kementerian Sosial.
Baca juga: Kemensos targetkan 800 ribu penerima PKH mandiri
Baca juga: Mensos: Agustus bulan tuntas PKH tahap ketiga
"Alhamdulillah dari PKH sangat membantu saya terutama untuk anak sekolah," kata Tasni di Jakarta, Selasa.
Tasni turut hadir dalam acara Gebyar Prestasi Keluarga Sejahtera Indonesia yang digelar Kementerian Sosial di Cibubur, Minggu (12/8).
Tasni bersama suami awalnya hanya bertani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekeluarga. Sejak 2011 ia mendapatkan bantuan sosial PKH.
Karena mendapatkan bansos, ia tidak terlalu khawatir lagi kebutuhan sekolah kedua anaknya. Tasni akhirnya memberanikan diri meminjam modal usaha ke bank dengan mengagunkan sertifikat tanahnya yang berdiri gubuk tempat tinggal mereka.
Dengan modal usaha tersebut, pada 2011 ia memulai usaha penyulingan minyak daun cengkeh dan daun nilam.
"Saya melihat banyak sekali daun cengkeh yang rontok dan terbuang begitu saja, akhirnya saya berpikir untuk menyuling menjadi minyak," kata Tasni yang tinggal di kawasan Perkebunan Nusantara di Tulungagung.
Setelah menjalankan usaha selama sekitar tiga tahun dan mulai merasakan hasilnya, pada 2013 ia keluar secara mandiri dari kepesertaan PKH.
Dari usaha penyulingan manual di rumahnya tersebut, dalam sebulan setidaknya Tasni mendapat penghasilan Rp100 juta, ia juga mampu mempekerjakan tetangganya sehingga membantu perekonomian mereka.
Sebanyak empat pekerja membantu penyulingan di rumahnya, sementara masing-masing satu orang dari tujuh desa di sekitarnya direkrut untuk mengepul daun cengkeh dan nilam.
"Alhamdulillah bisa mengubah nasib kami sekeluarga dan keluar dari PKH karena sudah mampu, sebab masih banyak yang membutuhkan bantuan," katanya.
Minyak nilam menjadi campuran untuk parfum, dijual seharga Rp420 ribu per liter sementara minyak daun cengkeh berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit yang dijual Tasni Rp236 ribu per liter kepada pengepul.
Dalam sehari, Tasni mampu menghasilkan sekitar 24 liter minyak daun cengkeh dari delapan ketel penyulingan manualnya.
Ke depan Tasni berencana untuk memproduksi minyak serai dan mulai merintis penanaman serai bersama warga sekitarnya.
Selain Tasni, masih banyak penerima bansos PKH yang akhirnya bisa mandiri dan keluar dari kemiskinan.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat mengatakan pada 2017 sebanyak 310 keluarga penerima manfaat (KPM) PKH telah graduasi atau keluar dari kepesertaan program secara mandiri karena meningkatnya kesejahteraan.
"Sejak awal PKH hingga saat ini ada sekitar 1,5 juta KPM yang sudah graduasi mandiri," kata Harry.
Bansos PKH dimulai sejak 2007 dan hingga saat ini telah menjangkau 10 juta KPM pada 2018.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa terjadi penurunan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 630 ribu orang menjadi 25,95 juta orang atau 9,82 persen per Maret 2018 dibandingkan per September 2017 (26,58 juta orang atau 10,12 persen).
Persentase angka kemiskinan sebesar 9,82 persen per Maret 2018 tersebut, merupakan angka terendah sepanjang sejarah Republik Indonesia.
Capaian itu menurut BPS disebabkan antara lain bantuan sosial meningkat 87,6 persen seperti program keluarga harapan (PKH), bantuan pangan non tunai (BPNT), dan beras sejahtera (rastra) yang ada di Kementerian Sosial.
Baca juga: Kemensos targetkan 800 ribu penerima PKH mandiri
Baca juga: Mensos: Agustus bulan tuntas PKH tahap ketiga
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2018
Tags: