Nelayan Rancabuaya Garut masih enggan melaut
30 Juli 2018 09:28 WIB
Ilustrasi - Pedagang ikan laut menunggu pembeli di Pasarbesar, Malang, Jawa Timur, Jumat (28/7/2018). Dampak gelombang tinggi yang mengakibatkan kurangnya suplai ikan laut di pasaran membuat pedagang ikan setempat harus mencari pasokan hingga ke luar kota. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Bandung, (ANTARA News) - Gelombang yang melanda kawasan pantai Selatan, Jawa Barat, membuat puluhan nelayan di Pantai Rancabuaya, Kabupaten Garut, masih enggan melaut, pada Senin.
"Liat kondisi ombak kayak gini, mah, masih berbahaya kalau melaut," ujar Opar (37), nelayan di Garut, Senin.
Menurut dia, gelombang besar sudah terjadi sejak seminggu yang lalu. Namun yang paling besar terjadi pada Rabu (25/7), yang membuat belasan perahu mengalami kerusakan akibat diterjang ombak.
Ia menjelaskan, pada Rabu, ombak dapat mencapai ketinggian lima meter dengan intensitas deburan hingga tujuh kali, bahkan, selain perahu, beberapa rumah di pesisir pantai juga hancur.
"Waktu itu, mah, kita pada ngungsi, soalnya ombak sampai ke daratan. Banyak rumah yang hancur juga," ujarnya.
Ia menyebutkan ada pula nelayan yang memaksakan melaut. Namun beberapa di antaranya belum kembali pulang dan tertahan di tengah pantai menunggu hingga gelombang ombak rendah.
"Harusnya jam 5 sore pergi, pulang paginya. Ada yang berani melaut. Risikonya tinggi kalau melaut," kata dia.
Baca juga: Udara dingin terpa Bandung hingga 15 derajat Celcius
Baca juga: Puluhan warung Pantai Jayanti Cianjur dirusak gelombang
Baca juga: Waspadai gelombang laut selatan Jawa Barat
"Liat kondisi ombak kayak gini, mah, masih berbahaya kalau melaut," ujar Opar (37), nelayan di Garut, Senin.
Menurut dia, gelombang besar sudah terjadi sejak seminggu yang lalu. Namun yang paling besar terjadi pada Rabu (25/7), yang membuat belasan perahu mengalami kerusakan akibat diterjang ombak.
Ia menjelaskan, pada Rabu, ombak dapat mencapai ketinggian lima meter dengan intensitas deburan hingga tujuh kali, bahkan, selain perahu, beberapa rumah di pesisir pantai juga hancur.
"Waktu itu, mah, kita pada ngungsi, soalnya ombak sampai ke daratan. Banyak rumah yang hancur juga," ujarnya.
Ia menyebutkan ada pula nelayan yang memaksakan melaut. Namun beberapa di antaranya belum kembali pulang dan tertahan di tengah pantai menunggu hingga gelombang ombak rendah.
"Harusnya jam 5 sore pergi, pulang paginya. Ada yang berani melaut. Risikonya tinggi kalau melaut," kata dia.
Baca juga: Udara dingin terpa Bandung hingga 15 derajat Celcius
Baca juga: Puluhan warung Pantai Jayanti Cianjur dirusak gelombang
Baca juga: Waspadai gelombang laut selatan Jawa Barat
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: