Reaksi Aher terhadap miras oplosan maut di Cicalengka
10 April 2018 11:23 WIB
Keluarga korban meninggal akibat keracunan minuman keras (miras) oplosan menangis histeris di depan ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (9/4/2018). (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
Bandung (ANTARA News) - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang biasa disapa Aher menyatakan prihatin terhadap kasus minuman keras oplosan yang merenggut 23 orang dari 58 pasien yang dirawat di dua rumah sakit di Cicalengka, Kabupaten Bandung.
"Yang pertama kita sangat prihatin dengan kejadian tersebut, kita berharap ke depan tidak ada kejadian seperti itu lagi. Yang kedua kita mengajak semua pihak untuk peduli terhadap urusan seperti ini, kepada kepolisian dan pihak terkait mari kita petakan kecenderungan kejadian seperti ini terjadi," kata Aher di Bandung, Selasa.
Dia merasa heran karena kasus miras oplosan menelan korban jiwa biasanya sering ditemui di kawasan utara Jawa Barat, tetapi sekarang malah terjadi di bagian selatan Jawa Barat di Sumedang, Garut dan kini Kabupaten Bandung.
"Ini seperti merunut ya kejadiannya, tentu ini ke depan harus segera dicegah. Yang sudah ada dilokalisir, yang belum ada kasus harus dicegah dan mari kita jaga bersama-sama. Kita ingin semua lembaga terlibat, keluarga juga harus menjadi garda terdepan dalam menjaga, mendidik dan merawat anak-anaknya," kata Aher seraya mengajak sekolah-sekolah di Jawa Barat menyosialisasikan bahaya miras oplosan.
Direktur RSUD Cikopo Cicalengka Yani Sumpena, kemarin, mengatakan hingga Senin sore ada 52 pasien mendapatkan penanganan medis setelah menenggak miras oplosan, 20 pasien di antaranya meninggal dunia.
"Pasien yang datang usianya mulai 19 sampai 52 tahun, dari 52 pasien, ada satu orang wanita meninggal," kata Yani.
Baca juga: Polisi buru pemasok minuman oplosan tewaskan 23 orang
"Yang pertama kita sangat prihatin dengan kejadian tersebut, kita berharap ke depan tidak ada kejadian seperti itu lagi. Yang kedua kita mengajak semua pihak untuk peduli terhadap urusan seperti ini, kepada kepolisian dan pihak terkait mari kita petakan kecenderungan kejadian seperti ini terjadi," kata Aher di Bandung, Selasa.
Dia merasa heran karena kasus miras oplosan menelan korban jiwa biasanya sering ditemui di kawasan utara Jawa Barat, tetapi sekarang malah terjadi di bagian selatan Jawa Barat di Sumedang, Garut dan kini Kabupaten Bandung.
"Ini seperti merunut ya kejadiannya, tentu ini ke depan harus segera dicegah. Yang sudah ada dilokalisir, yang belum ada kasus harus dicegah dan mari kita jaga bersama-sama. Kita ingin semua lembaga terlibat, keluarga juga harus menjadi garda terdepan dalam menjaga, mendidik dan merawat anak-anaknya," kata Aher seraya mengajak sekolah-sekolah di Jawa Barat menyosialisasikan bahaya miras oplosan.
Direktur RSUD Cikopo Cicalengka Yani Sumpena, kemarin, mengatakan hingga Senin sore ada 52 pasien mendapatkan penanganan medis setelah menenggak miras oplosan, 20 pasien di antaranya meninggal dunia.
"Pasien yang datang usianya mulai 19 sampai 52 tahun, dari 52 pasien, ada satu orang wanita meninggal," kata Yani.
Baca juga: Polisi buru pemasok minuman oplosan tewaskan 23 orang
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018
Tags: