Bangkok (ANTARA News) - Thailand bisa meminta ekstradisi terhadap Perdana Menteri (PM) terguling Thaksin Shinawatra, jika dia tidak memenuhi panggilan polisi untuk pekan depan, kata menteri kehakiman, Sabtu. Thaksin dan istrinya, Pojaman, telah diperintahkan menghadap ke polisi sebelum Jumat pekan depan untuk penyelidikan tuduhan penipuan. Menteri kehakiman, Chanchai Likhitjitta, memperingatkan, jika Thaksin tidak memenuhi surat panggilan, maka Thailand kemungkinan minta dia untuk diekstradisi. "Thaksin harus kembali ke Thailand untuk membela dirinya dari tuduhan," kata Chanchai kepada wartawan. "Jika dia tidak datang, selanjutnya kemungkinan diterbitkan surat perintah penahanan," katanya. "Dan jika dia masih belum kembali, jaksa agung akan memberitahu negara asing untuk mengekstradisi dia," tambah dia. Polisi menuduh Thaksin dan Pojaman melakukan pemalsuan data kepada badan-badan regulator saat pencatatan suatu perusahaan properti di bursa saham pada 2003. Pengacara Thaksin telah mendesak polisi untuk membolehkan Thaksin dan Pojaman menjalani pemeriksaan dari luar negeri, alasannya, miliuner itu mengkhawatirkan keselamatannya jika berada di Thailand. Perdana Menteri Surayud Chulanont yang mendapat jabatan dari tentara, Sabtu, mendesak Thaksin untuk pulang dan dia mengulangi janji untuk menjamin keamanan Thaksin. "Dia sebaiknya pulang. Jika undang-undang mengharuskan dia pulang, dia mesti pulang, jika tidak, dia akan kena masalah bukum lainnya," kata Surayud dalam siaran mingguan di televisi. Pekan ini, jaksa mengajukan tuntutan korupsi dalam kasus berbeda atas Thaksin dan Pojaman ke Mahkamah Agung. Hakim mengatakan mereka tidak akan memeriksa perkara tersebut kecuali pasangan itu datang ke pengadilan. Thaksin hidup di pengasingan sejak terjadi kudeta, sebagian besar di London, sedangkan istrinya diopname di Singapura awal pekan ini. Keduanya tidak memberi tanda akan pulang, dan Thaksin telah membantah keluarganya berbuat salah, demikian AFP. (*)