Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah, Senin pagi, menguat 10 poin menjadi Rp9.020/9.025 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu sebesar Rp9.030/9.034 setelah sepanjang pekan lalu melemah. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, mengatakan rupiah diperkirakan akan kembali ke level Rp9.000 per dolar AS, karena aktivitas pasar mulai tenang. Dengan tenangnya pasar dan aktifnya pelaku berspekulasi membeli rupiah membuat mata uang lokal itu membaik, ucapnya. Rupiah sebelumnya terpuruk tajam hingga menembus level Rp9.100 per dolar AS, setelah otoritas moneter berencana menaikkan pajak transaksi saham meski dikatakan masih dalam pengkajian. Menurut dia, karena spekulasi beli rupiah di pasar masih belum ramai, kenaikan mata uang lokal itu belum tinggi, sehingga posisinya masih di atas di level Rp9.000 per dolar AS. Tapi hal ini merupakan awal yang baik bagi rupiah untuk terus menguat dan menyesuaikan diri dengan pasar, ucapnya. Rupiah, lanjut Edwin, memang agak berat untuk naik hingga kembali di bawah level Rp9.000 per dolar AS, namun bisa saja terjadi apabila ada isu baru yang mendorong mata uang lokal itu menguat. Ia memberi contoh, Bank Sentral AS berencana menurunkan suku bunga AS yang saat ini mencapai 5,25 persen. "Namun itu kan baru rencana, kapan terjadinya kita belum tahu," katanya. Ia mengatakan, kenaikan rupiah itu juga didukung oleh membaiknya pasar saham regional akibat membaiknya bursa Wall Street. Namun faktor positif itu agak tertahan oleh kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global yang bisa membuat pasar saham tumbang, katanya. Mengenai dolar AS, menurut dia, euro turun 0,15 persen menjadi 1,3350 per dolar AS, dolar AS stabil terhadap yen jadi 121,60. Ekonomi Jepang diperkirakan tumbuh 0,8 persen periode Januari-Maret 2007 naik dibanding periode sebelumnya 0,6 persen yang merupakan salah satu faktor pendukung yen membaik, katanya. (*)