Izmir, Turki (ANTARA News) - Ratusan ribu warga Turki unjuk rasa ke jalan-jalan kota Izmir, Minggu, untuk meningkatkan tekanan pada pemerintah yang berakar Islam dengan satu rapat menuntut, agar negara mereka tetap menjadi negara sekuler. Para penyelenggara mengharapkan protes itu, yang mereka harapkan diikuti dua juta orang, akan menyatukan oposisi menjelang pemilu Juli 2007. Unjuk rasa itu dilatarbelakangi satu ledakan bom , Sabtu di kota itu yang menewaskan seorang dan mencederai 14 lainnya. Tidak segera jelas siapa yang berada dibalik serangan itu. Jalan-jalan dan gedung-gedung di kota terbesar ketiga Turki itu, termasuk barak-barak tentara , dipenuhi lautan bendera merah Turki dan foto-foto Mustafa Kemal Ataturk , pendiri Turki modern yang dihormati. "Turki adalah sekuler dan akan tetap sekuler," teriak para pemrotes, yang didominasi pemuda dalam unjukrasa ini. "Tolak shariah (hukum Islam)." Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Tayyip Erdogan terpaksa menyelenggarakan pemilu beberapa bulan lebih cepat dari rencana untuk meredakan konflik dengan kelompok sekuler Turki menyangkut satu pemilihan presiden. Elit sekuler Turki, termasuk partai-partai oposisi, para hakim penting dan jenderal-jenderal tentara, berhasil menghambat terpilihnya Menlu Abdullah Gul sebagai presiden. Mereka khawatir mantan anggota partai Islam itu mungkin berusaha merusak pemisahan negara dan agama, satu tuduhan yang ia dan Patai Keadilan dan Pembangunannya yang berkuasa bantah. Partai utama oposisi Partai Rakyat Republik (CHP) yang berhaluan kiri tengah dan Partai Kiri Demokratik (DSP) yang berhaluan kiri, yang tengah melakukan perundingan untuk membentuk satu aliansi, mengharapkan untuk menggunakan rapat itu membangun momentum menjelang pemilu 22 Juli. "Kita di sini hari ini untuk menunjukkan dukungan kita bagi republik sekuler dan mengharapkan oposisi akan bersatu jika tidak partai Keadilan dan Pembangunan akan menguasai parlemen kembali," kata Metin Yilmar, 38 tahun sopir truk. Keberhasilan oposisi sekuleris membatalkan rencana Erdogan untuk menjadikan sekutu dekatnya , Gul dipilih menjadi presiden memberikan partai-partai oposisi satu kepercayaan baru, kata para pengamat. Krisis politik itu mencetuskan penggabungan antara partai-partai oposisi dengan harapan akan mencapai 10 persen suara minimal dalam pemilu Juli untuk duduk di parlemen. Jajak-jajak pendapat menunjukkan Partai Keadilan dan Pembangunan mungkin akan menang suara terbanyak dalam pemilu Juli tapi mungkin tidak berhasil memenangkan mayoritas mutlak, yang memaksanya membentuk satu pemerintah koalisi. Partai itu telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan melakukan perundingan bersejarah bagi masuknya Turki menjadi anggota Uni Eropa, demikian Reuters. (*)