Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Indonesia berkomitmen membangun kerja sama yang lebih kuat dengan Turki, serta dapat berkontribusi terhadap perdamaian dan kemakmuran global.

“Selain pertukaran kunjungan, kami berdua juga menjalin komunikasi yang sangat intensif. Hal ini menunjukkan kuatnya hubungan kedua negara,” kata Retno saat berkunjung ke Turki, dalam keterangan pers Kemlu RI, Rabu.

Eratnya hubungan kedua negara ditandai dengan kunjungan Menlu Turki Hakan Fidan ke Jakarta pada Juli tahun lalu, yang dibalas Menlu RI dengan berkunjung ke Ankara.

Meskipun menyatakan kepuasan terhadap hubungan Indonesia-Turki saat ini, Retno memaparkan beberapa ruang kerja sama yang masih bisa diperkuat.

Retno menyebut kedua negara berkomitmen untuk mempercepat finalisasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Turki, dan menyambut baik rencana penyelenggaraan perundingan CEPA putaran ke-5 tahun ini.

“Kami yakin bahwa finalisasi CEPA akan membawa perubahan dan meningkatkan perdagangan dan investasi bilateral kita,” ujar Retno.

Mengenai kerja sama pertahanan, kedua menlu sepakat untuk mengadakan pertemuan 2+2 dan menyambut baik dialog militer dan pertahanan yang sedang berlangsung.

Baca juga: Retno: Indonesia dan Turki berbagi prinsip yang sama soal Palestina

Retno dan Fidan juga menyambut baik kerja sama strategis dalam pengembangan industri pertahanan, di antaranya untuk produksi bersama medium weight tank (MWT), dan berkomitmen untuk bekerja sama dalam pemasarannya.

Kedua negara pun berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama dalam pemberantasan kejahatan transnasional melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Keamanan sebagai payung kerja sama dan berharap MoU mengenai pemberantasan terorisme dan pemberantasan kejahatan transnasional dapat segera diselesaikan.

“Kedua negara juga membina kerja sama strategis dalam kerja sama pembangunan. Kita adalah sesama negara berkembang. Bersama-sama, kita dapat menawarkan peningkatan kapasitas dan proyek bersama untuk negara-negara Selatan,” tutur Retno.

Bagi Turki, Indonesia merupakan salah satu mitra pertama di kawasan Asia Pasifik yang membentuk mekanisme Dewan Kerja Sama Strategis Tingkat Tinggi (HLSC).

HLSC diumumkan bersama oleh Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di sela-sela KTT G20 di Bali, pada 2022.

“Hari ini, kami juga membahas persiapan Pertemuan pertama HLSC awal tahun depan terutama mengenai potensi hasil nyata. Kami menugaskan para pejabat kami untuk mengidentifikasi lebih lanjut dan mempercepat penyelesaian perjanjian-perjanjian potensial dan hasil-hasil yang dapat dicapai demi keberhasilan penyelenggaraan HLSC Indonesia-Turki yang pertama,” kata Retno.

Baca juga: Menlu RI: Asia Tenggara tak boleh jadi 'tempat aman' bagi pelaku TPPO

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024