Khawatirkah Toyota tak kebagian produksi Calya-Sigra?
3 Agustus 2016 19:00 WIB
Model berfoto saat peluncuran mobil Toyota Calya dan Daihatsu Sigra, di pabrik PT Astra Daihatsu Motor, Karawang, Jawa Barat, Selasa (2/8). Kolaborasi Toyota dan Daihatsu yang telah menghasilkan produk Avanza-Xenia dan Rush-Terios, saat ini memiproduksi kendaraan dengan kandungan lokal yang mencapai 94%. (ANTARA FOTO/Audy Alwi/pd/16)
Jakarta (ANTARA News) - Mobil murah ramah lingkungan (LCGC) berkapasitas tujuh penumpang dari Toyota Calya dan Daihatsu Sigra baru saja diluncurkan pada Selasa (2/8) dan dipastikan meski mengusung berbeda namun kedua mobil itu diproduksi oleh pabrik perakitan PT Astra Daihatsu Motor.
Lantas khawatirkah PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang tak kebagian memproduksi Toyota Calya bakal mempengaruhi kinerja mereka, mengingat segmen LCGC merupakan segmen yang tengah bergairah di psar otomotif Indonesia.
Wakil Presiden TMMIN Warih Andang Tjahjono mengaku tidak kuatir dengan keadaan tersebut, mengingat pihaknya sudah pernah mengalami kondisi serupa saat Toyota dan Daihatsu berkolaborasi mengeluarkan MPV Avanza-Xenia, SUV Rush-Terios dan LCGC Agya-Ayla.
"Karena pada dasarnya di Jepang itu Toyota dan Daihatsu kan satu perusahaan, sementara untuk di Indonesia terpisah dan karakternya Toyota memang tidak ahli dalam urusan produksi mobil kecil," kata Warih ditemui di Pabrik TMMIN Karawang, Jawa Barat, Rabu.
"Jadi buat Toyota di Indonesia tidak terlalu terasa manfaatnya mobil kecil, mengingat ada keahlian masing-masing. Jadi tidak terlalu berpengaruh," ujarnya menambahkan.
Warih mengakui hal tersebut bisa saja berbeda kondisinya di negara lain, termasuk seperti di India yang memperlihatkan kolaborasi Toyota-Daihatsu memberikan keuntungan.
Di sisi lain, terkait kekhawatiran perkembangan Calya-Sigra yang dianggap bakal mempengaruhi kinerja produksi mobil-mobil keluaran Toyota dari TMMIN, Warih menyebutkan bahwa pengalaman serupa sudah dilewati ketika produksi Avanza-Xenia dimulai setahun berselang setelah Toyota memperkenalkan Kijang Innova yang diproduksi TMMIN.
Pengalaman tersebut mempelihatkan bahwa meski sempat terdampak, Innova performanya tetap terjaga karena segmentasi pasar otomotif di Indonesia menurut Warih sudah lebih dewasa.
"Sekarang kalian lihat sendiri Innova masih terjaga di angka 4.000-5.000 unit per bulan, itu memperlihatkan bahwa meskipun Indonesia masih didominasi segmen mid-low tetapi banyak juga yang punya uang banyak dan daya belinya menjadi dewasa. Segmentasi tetap terjaga pasarnya masing-masing," pungkas Warih.
Lantas khawatirkah PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang tak kebagian memproduksi Toyota Calya bakal mempengaruhi kinerja mereka, mengingat segmen LCGC merupakan segmen yang tengah bergairah di psar otomotif Indonesia.
Wakil Presiden TMMIN Warih Andang Tjahjono mengaku tidak kuatir dengan keadaan tersebut, mengingat pihaknya sudah pernah mengalami kondisi serupa saat Toyota dan Daihatsu berkolaborasi mengeluarkan MPV Avanza-Xenia, SUV Rush-Terios dan LCGC Agya-Ayla.
"Karena pada dasarnya di Jepang itu Toyota dan Daihatsu kan satu perusahaan, sementara untuk di Indonesia terpisah dan karakternya Toyota memang tidak ahli dalam urusan produksi mobil kecil," kata Warih ditemui di Pabrik TMMIN Karawang, Jawa Barat, Rabu.
"Jadi buat Toyota di Indonesia tidak terlalu terasa manfaatnya mobil kecil, mengingat ada keahlian masing-masing. Jadi tidak terlalu berpengaruh," ujarnya menambahkan.
Warih mengakui hal tersebut bisa saja berbeda kondisinya di negara lain, termasuk seperti di India yang memperlihatkan kolaborasi Toyota-Daihatsu memberikan keuntungan.
Di sisi lain, terkait kekhawatiran perkembangan Calya-Sigra yang dianggap bakal mempengaruhi kinerja produksi mobil-mobil keluaran Toyota dari TMMIN, Warih menyebutkan bahwa pengalaman serupa sudah dilewati ketika produksi Avanza-Xenia dimulai setahun berselang setelah Toyota memperkenalkan Kijang Innova yang diproduksi TMMIN.
Pengalaman tersebut mempelihatkan bahwa meski sempat terdampak, Innova performanya tetap terjaga karena segmentasi pasar otomotif di Indonesia menurut Warih sudah lebih dewasa.
"Sekarang kalian lihat sendiri Innova masih terjaga di angka 4.000-5.000 unit per bulan, itu memperlihatkan bahwa meskipun Indonesia masih didominasi segmen mid-low tetapi banyak juga yang punya uang banyak dan daya belinya menjadi dewasa. Segmentasi tetap terjaga pasarnya masing-masing," pungkas Warih.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: