Jakarta (ANTARA) - PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana), perusahaan biofarmasi Indonesia, berkomitmen untuk memperluas kapasitas produksi dan fokus pada ekspor serta pengembangan sumber daya manusia (SDM).


"Kita akan meningkatkan kapasitas tujuannya untuk apa? Untuk ekspor. Tidak hanya untuk kebutuhan lokal tapi juga untuk kebutuhan manca negara atau kebutuhan internasional. Etana juga akan fokus untuk mengembangkan SDM menjadi pionir pengembangan bioteknologi nasional," kata Head of Corporate Relations PT Etana Biotechnologies Indonesia Andreas Donny Prakasa dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Hal tersebut, kata dia, sesuai dengan arahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang mengunjungi fasilitas produksi PT Etana Biotechnologies Indonesia di Jakarta, Jumat sebagai bagian dari komitmen untuk mendukung pengembangan industri bioteknologi nasional.

"Selain melakukan pelatihan secara internal, kita mengundang expert-expert dari luar negeri, Etana juga mengirimkan karyawannya untuk hands-on langsung di luar negeri," lanjut Andreas.

Ke depan, Etana juga akan membangun fasilitas baru yang akan digunakan untuk mengembangkan berbagai platform produksi vaksin dan produk biologi lainnya di Indonesia.

Dengan adanya dukungan dari BPOM, Etana mengharapkan dapat terus berkontribusi dalam mengembangkan produk-produk bioteknologi yang inovatif dan berdaya saing tinggi, baik di pasar domestik maupun internasional.

Kunjungan tersebut dihadiri langsung oleh Kepala BPOM Taruna Ikrar bersama jajaran pejabat BPOM lainnya dan disambut oleh Presiden Direktur PT Etana Biotechnologies Indonesia Nathan Tirtana.

"Terima kasih kepada Bapak Kepala BPOM dan seluruh tim yang telah meluangkan waktu untuk datang ke Etana. Ini adalah suatu kehormatan dan kebanggaan bagi kami," ujar Nathan.

Dalam kunjungannya, Taruna mengapresiasi terhadap upaya Etana dalam mengembangkan produk bioteknologi yang berbasis teknologi canggih.

Menurutnya, Etana merupakan salah satu aset nasional yang layak didukung oleh pemerintah.

"Kita menganggap bahwa Etana Biotechnologies adalah aset nasional kita. Aset bangsa Indonesia yang diharapkan membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk sampai ke situ, makanya kami datang ke sini," ungkap Taruna.

Ia menambahkan bahwa teknologi produksi berbasis biologi yang dikembangkan oleh Etana memiliki keunggulan dibandingkan produk impor yang biayanya lebih tinggi.

Selain itu, fasilitas Etana yang telah memenuhi standar good manufacturing practice (GMP) dinilai sangat baik, bahkan melebihi beberapa persyaratan yang ada.

"Manufacturing praktisnya bagus. Bahkan ada beberapa hal yang sebetulnya belum menjadi persyaratan Etana sudah memilikinya. Itu kan nilai plus," ujarnya.

Taruna juga memberikan sejumlah rekomendasi kepada Etana untuk terus meningkatkan kapasitas produksinya, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk tujuan ekspor.

Ia mengharapkan Etana dapat meningkatkan jumlah produksi hingga dua hingga tiga kali lipat dari kapasitas saat ini agar dapat memenuhi permintaan internasional.

"Dampak dari itu pasti harga turun. Kalau produksi banyak pasti harga turun," kata Taruna.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pengembangan SDM di sektor bioteknologi. Menurut dia, publikasi hasil riset ilmiah dari peneliti di Etana dapat membantu meningkatkan peran Indonesia di kancah ilmu pengetahuan global.