Jakarta (ANTARA) - Perusahaan biofarmasi Indonesia PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) berkolaborasi dengan PrimaKu, aplikasi tumbuh kembang anak mendukung program vaksinasi anak di Indonesia melalui integrasi edukasi tentang vaksinasi anak serta ketersediaan vaksin ke dalam platform PrimaKu.

Melalui kemitraan ini, harapan bersama bagi keduanya adalah untuk dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat dan cerah bagi anak- anak Indonesia melalui vaksinasi yang lebih luas, edukasi yang lebih kuat, dan akses yang lebih mudah.

“Kolaborasi ini menandai komitmen bersama untuk meningkatkan kesadaran dan akses terhadap vaksinasi anak, serta memberikan edukasi yang berkualitas kepada orang tua. Etana, sebagai produsen vaksin lokal, membawa inovasi dalam pengembangan vaksin berkualitas tinggi dan terjangkau yang memenuhi standar regulasi di Indonesia maupun global," kata Director of Anti Infectious Business Unit Etana Indra Lamora dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin.

Baca juga: Bio Farma tunggu restu pemerintah uji klinis IndoVac untuk anak

Baca juga: Kemenkes: lebih dari 1,8 juta anak belum imunisasi


Sementara itu, PrimaKu, dengan ekosistemnya yang telah terbukti menghubungkan orang tua, dokter, dan klinik, menjadi wadah untuk menyampaikan informasi edukatif tentang pentingnya vaksinasi anak. 

Selanjutnya, CEO PrimaKu M. Aditriya Indraputra mengatakan melalui konten-konten terpercaya yang diverifikasi oleh dokter anak, PrimaKu akan meningkatkan pemahaman orang tua tentang vaksinasi anak, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang terbaik untuk kesehatan anak- anak mereka.

Selain itu, platform juga mempermudah para orang tua untuk memesan vaksin ke klinik partner yang terpercaya dengan harga transparan dan memastikan supply vaksin yang cukup di semua klinik mitra PrimaKu.

“Kami melihat bahwa tidak hanya edukasi vaksinasi, tetapi juga ketersediaan vaksin di fasilitas kesehatan merupakan permasalahan yang perlu ditangani. Kolaborasi ini menghasilkan End-to- End vaksin ekosistem mulai dari R&D, Production, Distribution, Education and Vaccination yang pertama di Indonesia karya anak bangsa,” kata Aditriya.

Berdasarkan data dari UNICEF, Indonesia berada di peringkat keenam sebagai negara dengan jumlah bayi yang belum mendapat vaksinasi atau belum menerima imunisasi lengkap.

Seperti banyak negara berkembang lainnya, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam mencapai cakupan vaksinasi anak yang optimal. Di Indonesia sendiri, lebih dari 37 persen anak di Indonesia belum mendapatkan vaksinasi.

Menurunnya kewaspadaan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi yang diikuti oleh peningkatan kemunculan Kasus Luar Biasa dari penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin selama tahun 2023, contohnya 94 KLB campak di 18 provinsi di Indonesia.

Laporan terbaru UNICEF dalam State of the World Children mengungkapkan bahwa secara global, ada 67 juta anak yang tidak diimunisasi selama tiga tahun terakhir.

Hal tersebut merupakan kemunduran terbesar dalam imunisasi rutin anak dalam 30 tahun terakhir. COVID-19 menyebabkan penurunan yang signifikan dalam imunisasi rutin anak. Zero Dose Children atau jumlah cakupan anak yang tidak mendapatkan vaksinasi sama sekali mencapai 1,135,479 di tahun 2021 dan turun ke 566.065 di tahun 2022.

Baca juga: Pakar: Orang tua tak perlu khawatir bila ketinggalan jadwal imunisasi

Baca juga: Anak yang lahir bulan Oktober berisiko lebih rendah terserang flu

Baca juga: Guru Besar FKUI: Imunisasi ganda lindungi anak dari beberapa penyakit

 

Pewarta: Putri Hanifa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024