Tyre, Lebanon (ANTARA News) - Tentara Italia mendarat di Libanon selatan Sabtu sebagai balabantuan besar pertama misi PBB untuk mengawasi gencatan senjata antara Israel dan kelompok Syiah garis keras Hizbullah. Sekitar 140 tentara yang mengenakan baret biru PBB tiba dini hari itu di kota pantai di selatan tersebut naik kapal dan helikopter Pasukan Sementara PBB di Libanon (UNIFIL). Letnan Federico Mariani, seorang jurubicara tentara Italia, mengatakan para tentara itu akan melakukan peninjauan sebelum kesatuan penuh dari sekitar 800 tentara khusus dikapalkan ke darat dari lima kapal yang berlabuh di pantai itu. Ia mengatakan kondisi laut yang buruk memundurkan operasi yang dapat berlangsung hingga Minggu itu. Pada sore hari, 10 kendaraan amphibi tiba di pantai itu dan hampir separuh kesatuan tersebut telah dikerahkan, sebagian besar dengan helikopter, kata Mariani. Sebuah kapal Italia juga membongkar kendaraan dan peralatan lebih ke selatan di kota pelabuhan Naqura, tempat misi UNIFIL bermarkas. Sebanyak 200 tentara tambahan Italia akan berada di ibukota Beirut, Minggu. "Kami tidak memperkirakan masalah karena kami berada di sini dalam misi damai," kata Mariani, seperti dilansir AFP. Komandan UNIFIL yang orang Perancis, Mayor Jenderal Alain Pellegrini, mengatakan pasukan baru PBB yang dikenal sebagai UNIFIL II itu akan menandai awal baru bagi misi penjaga perdamaian yang sudah berjalan lama tersebut. "Kita harus melupakan UNIFIL sebelumna, UNIFIL sebelumnya telah mati dan yang baru...telah diperkuat dengan aturan pertempuran yang lebih keras," katanya pada wartawan di Tyre. "Kami memiliki lebih banyak orang, lebih banyak peralatan dan kami akan memiliki lebih banyak kemungkinan untuk menggunakan kekuatan guna melaksanakan misi kami," ia menambahkan. Pellegrini mengatakan kesatuan Italia itu akan dipangkalkan di daerah Tyre. Sejumlah pejabat setempat mengatakan sebuah taman umum yang terletak di sebuah cadangan alam di pinggiran Tyre mungkin akan kesatuan itu gunakan sebagai markas. Italia bermaksud untuk mengerahkan 2.450 tentara darat dalam dua tahap pengerahan selama empat bulan lebih, membentuk kesatuan terbesar dalam pasukan UNIFIL yang diperluas hingga mencapai 15.000 tentara yang diperkirakan menurut resolusi gencatan senjata PBB yang mulai berlaku 14 Agustus itu. Sebanyak 15.000 tentara Lebanon memulai pengerahan di Libanon selatan bulan lalu. Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB mengakiri 34 hari konflik yang menghancurkan, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di Libanon, yang sebagian besar warga sipil, dan sdikitnya 160 warga Israel, kebanyakan tentara. Pasukan UNIFIL pertama kali dikerahkan ke Libanon selatan menyusul serangan Israel 1978. Balabantuan sebelumnya hanya di bawah 2.000 tentara. Resolusi 1701 telah memperkuat mandat UNIFIL. selain mengawasi gencatan senjata, pasukan penjaga perdamaian itu untuk mendukung tentara Libanon ketika tentara itu dikerahkan ke perbatasan internasional itu, sementara pasukan Israel mundur dari wilayah yang mereka duduki dalam perang selama sebulan itu. Resolusi itu juga minta UNIFIL untuk membantu militer Libanon dalam mengambil langkah ke arah pelucutan senjata kelompok bersenjata. Pellegrini Sabtu menyatakan lagi bahwa tentara PBB itu tidak akan berusaha untuk melucuti senjata Hizbullah. "Itu bukan tugas saya," katanya. "Itu tugas tentara Lebanon dan kami di sini untuk membantu tentara Libanon melakukan tugas tersebut. Negara-negara Eropa telah menjanjikan 7.000 tentara, termasuk 2.000 dari Perancis, yang akan memimpin pasukan PBB itu hingga Februari ketika Italia akan mengambilalih. Pemerintah Spanyol Jumat mensahkan pengiriman 1.100 tentara untuk diajukan guna mendapatkan persetujuan parlemen. Jerman akan memutuskan pekan depan untuk memasukkan sebanyak 3.000 tentara laut dan udara ke UNIFIL II, tapi bukan pasukan yang bermarkas di darat, lapor majalah Facus Jerman terbitan Senin. Indonesia akan mengirim sejumlah 1.000 tentara setelah Israel melepaskan keberatan pada partisipasi negara Muslim terbesar dunia itu. (*)