Kabul (ANTARA News) - Pasukan keamanan Afghanistan membunuh 11 gerilyawan Taliban dalam bentrokan di wilayah selatan, Senin, sementara sebuah ledakan bom di Kabul mencederai empat prajurit NATO, kata sejumlah pejabat. Afghanistan melewati tahap kekerasan paling berdarah sejak pasukan yang dipimpin AS menggulingkan pemerintah Taliban pada 2001. Sekitar 90 prajurit asing tewas tahun ini. Kekerasan paling sengit terjadi di wilayah selatan dimana polisi membunuh 11 Taliban dalam bentrokan di provinsi Helmand, kata wakil gubernur provinsi Mohammad Akhundzada. Seorang polisi juga tewas dalam bentrokan tersebut. Di Kabul, bom yang mencederai empat prajurit penjaga perdamaian Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) diyakini diikatkan pada sebuah sepeda dan diledakkan dengan alat pengendali jarak jauh ketika pasukan itu lewat dalam sebuah konvoi, kata seorang jurubicara pasukan NATO. Jurubicara itu tidak menyebutkan kewarganegaraan prajurit-prajurit yang cedera itu namun mengatakan, mereka berada dalam kondisi stabil. Ledakan itu juga mencederai tiga orang yang sedang berjalan, kata seorang pejabat kepolisian Afghanistan, yang menuduh Taliban bertanggung jawab atas serangan itu. Juga Senin, seorang penyerang bom bunuh diri menabrakkan kendaraannya ke sebuah konvoi pasukan Afghanistan di provinsi Paktika, Afghanistan selatan, mencederai enam prajurit dan seorang warga sipil, kata seorang pejabat provinsi. Minggu, 20 gerilyawan tewas dalam pertempuran dengan pasukan koalisi pimpinan AS dan pasukan Afghanistan di Paktika, kata militer AS. Pertempuran itu terjadi setelah gerilyawan menyerang sebuah pos militer Afghanistan. Lima prajurit Afghanistan tewas dalam insiden tersebut. Pejabat Taliban belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar mereka. Taliban digulingkan dari kekuasaan di Afghanistan pada akhir 2001 setelah kelompok garis keras itu menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden yang dituduh mendalangi serangan-serangan teror di AS pada 11 September 2001.(*)