TEPCO bayar 402 juta yen ke produsen jamur shiitake di Jepang
Anggota media dan pegawai Perusahaan Listrik Tokyo (TEPCO) menggunakan pakaian pelindung dan masker berjalan menuruni tangga mesin pemeliharaan bahan bakar pada kolam bahan bakar di dalam reaktor no 4 pembangkit listrik Fukushima Daichi milik TEPCO yang rusak akibat tsunami di perfektur Fukushima, Kamis (7/11). Pemerintah Jepang menyetujui rencana Tepco pada 30 Oktober lalu untuk menarik ribuan batang bahan bakar nuklir dari kolam reaktor No 4. Berisi radiasi setara dengan 14.000 kali jumlah yang dilepaskan pada serangan bom atom Hiroshima 68 tahun lalu, lebih dari 1.300 batang bahan bakar bekas dirakit erat untuk dipindahkan dari gedung yang rentan roboh bila kembali terjadi gempa di wilayah tersebut. (REUTERS/Tomohiro Ohsumi/Pool)
Sebelumnya pada pekan ini, Koperasi Pertanian Shiitake Prefektur Oita mengumumkan bahwa pihaknya telah mencapai penyelesaian pada 24 Januari dengan TEPCO selaku operator PLTN Fukushima Daiichi, dalam sebuah proses penyelesaian sengketa alternatif yang melibatkan 966 produsen jamur shiitake di prefektur pesisir tersebut.
Para produsen jamur shiitake menuntut ganti rugi sebesar 2,6 miliar yen pada Juli 2019, mengklaim bahwa harga jamur shiitake kering yang diproduksi secara lokal, yang telah melebihi 4.000 yen per kilogram sebelum bencana tersebut, merosot menjadi 2.427 yen pada 2013 karena kerusakan reputasi yang disebabkan oleh bencana nuklir pada 2011 itu.
Yoshihide Abe, mantan kepala koperasi yang terlibat dalam petisi tersebut, mengatakan dalam sebuah konferensi pers, "Kerusakan reputasi merupakan masalah besar bagi mereka yang bekerja di industri pertanian, kehutanan, dan perikanan. Kami ingin konsumen memahami fakta bahwa para produsen telah mengalami banyak kesulitan."
Dihantam gempa bumi bermagnitudo 9,0 dan tsunami pada 11 Maret 2011, PLTN Fukushima Daiichi mengalami kehancuran inti (core meltdown) yang melepaskan radiasi, mengakibatkan kecelakaan nuklir level-7, level tertinggi dalam Skala Peristiwa Nuklir dan Radiologi Internasional.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024