Empat kementerian luncurkan mobil ramah lingkungan di APEC
4 Oktober 2013 13:44 WIB
(dari kiri kanan) Anggota ABAC Erwin Aksa, Ketua Kadin Suryo Bambang Sulisto, Kepala BKPM Mahendra Siregar, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Ketua ABAC Wisnu Wardhana, Menteri Perindustrian MS. Hidayat, Menteri Keuangan Chatib Basri, Dirut Pertamina Karen Agustiwan,Anggota ABAC Anindya Bakrie, dan Dirut BNI Gatot M. Suwondo dalam Peluncuran Transportasi Resmi APEC CEO Summit 2013 'Go Green' di Pintu Masuk Westin Bali International Convention Center, Bali, Jumat (4/10). (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Nusa Dua (ANTARA News) - Empat kementerian yakni Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal meluncurkan mobil ramah lingkungan berbahan bakar bio-diesel selama pelaksanaan KTT APEC di Nusa Dua, Bali.
"Dunia usaha dan pemerintah memiliki kolaborasi dalam menjaga keberlangsungan energi dan kesempatan kerja dan Indonesia berkomitmen dalam program pembangunan berkelanjutan," kata Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Wisnu Wardhana di Nusa Dua, Bali, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa selama berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) termasuk APEC CEO Summit 2013, para delegasi akan menggunakan 100 bus yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan dengan kombinasi minyak kelapa sawit dan listrik.
Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan bahwa peluncuran mobil ramah lingkungan tersebut merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah menuju kendaraan "green car" yang dimulai dari pelaksanaan KTT APEC.
Tak hanya itu, gerakan "green car" tersebut juga diharapkan mampu mengurangi impor bahan bakar minyak untuk beralih ke bahan baakr ramah lingkungan yang saat ini tengah dirintis.
"Ke depan Indonesia bisa menyelamatkan negara karena pengurangan penggunaan bahan bakar minyak berlebihan bisa menghemat devisa," katanya.
Senada dengan MS Hidayat, Kepala BKPM Mahendra Siregar berpendapat bahwa penggunakan bio energi mampu mengurangi ketergantungan impor minyak.
Untuk itu pemberian subsidi untuk BBM harus dikurangi agar neraca berjalan negara menjadi lebih baik.
"Subsidi BBM harus dikurangi. Untuk mengembangkan bio-fuel, juga jangan tergantung terus dengan subsidi. Kita harus mandiri," tegasnya.
Sementara itu Menteri Perdagangan Gita Wirjawan memproyeksikan bahwa hingga tahun 2030, Indonesia mampu memproduksi sawit hingga 50 juta ton.
Dengan kondisi itu, kata Wirjawan, diprediksi akan terjadi kejenuhan permintaan minyak sawit secara global sehingga Indonesia bisa menggunakan minyak ramah lingkungan itu sepenuhnya.
"Dengan kondisi itu, kemungkinan terjadi saturasi (kejenuhan) `global demand. Jadi sangat masuk akal penggunaan biodiesel di dalam negeri," katanya.
Pelucuran mobil ramah lingkungan itu dilakukan langsung oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri Perindustrian MS. Hidayat, Kepala BKPM Mahendra Siregar, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan, Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Wisnu Wardhana, Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo, dan Pengusaha Anindya Bakrie.
"Dunia usaha dan pemerintah memiliki kolaborasi dalam menjaga keberlangsungan energi dan kesempatan kerja dan Indonesia berkomitmen dalam program pembangunan berkelanjutan," kata Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Wisnu Wardhana di Nusa Dua, Bali, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa selama berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) termasuk APEC CEO Summit 2013, para delegasi akan menggunakan 100 bus yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan dengan kombinasi minyak kelapa sawit dan listrik.
Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan bahwa peluncuran mobil ramah lingkungan tersebut merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah menuju kendaraan "green car" yang dimulai dari pelaksanaan KTT APEC.
Tak hanya itu, gerakan "green car" tersebut juga diharapkan mampu mengurangi impor bahan bakar minyak untuk beralih ke bahan baakr ramah lingkungan yang saat ini tengah dirintis.
"Ke depan Indonesia bisa menyelamatkan negara karena pengurangan penggunaan bahan bakar minyak berlebihan bisa menghemat devisa," katanya.
Senada dengan MS Hidayat, Kepala BKPM Mahendra Siregar berpendapat bahwa penggunakan bio energi mampu mengurangi ketergantungan impor minyak.
Untuk itu pemberian subsidi untuk BBM harus dikurangi agar neraca berjalan negara menjadi lebih baik.
"Subsidi BBM harus dikurangi. Untuk mengembangkan bio-fuel, juga jangan tergantung terus dengan subsidi. Kita harus mandiri," tegasnya.
Sementara itu Menteri Perdagangan Gita Wirjawan memproyeksikan bahwa hingga tahun 2030, Indonesia mampu memproduksi sawit hingga 50 juta ton.
Dengan kondisi itu, kata Wirjawan, diprediksi akan terjadi kejenuhan permintaan minyak sawit secara global sehingga Indonesia bisa menggunakan minyak ramah lingkungan itu sepenuhnya.
"Dengan kondisi itu, kemungkinan terjadi saturasi (kejenuhan) `global demand. Jadi sangat masuk akal penggunaan biodiesel di dalam negeri," katanya.
Pelucuran mobil ramah lingkungan itu dilakukan langsung oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri Perindustrian MS. Hidayat, Kepala BKPM Mahendra Siregar, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan, Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Wisnu Wardhana, Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo, dan Pengusaha Anindya Bakrie.
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013
Tags: