Jurnalis Palembang refleksi Hari Kebebasan Pers
3 Mei 2013 23:29 WIB
Aksi Hari Kebebasan Pers Sejumlah wartawan melakukan aksi memperingati Hari Kebebasan Pers Internasional di Bundaran Hasanudin Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (3/5). Mereka meminta sejumlah kasus kriminalisasi dan pelanggaran terhadap kebebasan pers di Indonesia segera diusut tuntas serta menuntut upah layak bagi jurnalis. (FOTO ANTARA/Mohamad Hamzah) ()
Palembang (ANTARA News) - Puluhan jurnalis Palembang dari Aliansi Jurnalis Independen, Ikatan Jurnalis Televisi dan Pewarta Foto Indonesia refleksi memperingati Hari Kebebasan Pers se-dunia berorasi dan puisi dengan berpenerangan lilin di Bundaran Air Mancur Palembang, Jumat malam.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang Darwin Syarkowi mengatakan sampai kini kebebasan pers cenderung belum dilaksanakan sepenuhnya meskipun tiap 3 Mei diperingati.
"Hingga kini masih sering terjadi kekerasan terhadap wartawan dan intimidasi dari industri media ketika jurnalis ingin berserikat," katanya.
Menurut dia, kasus pembunuhan dan kekerasan terhadap jurnalis sampai kini masih banyak terjadi sehingga mengancam aktivitas peliputan jurnalisme.
Intimidasi tidak hanya datang dari eksternal, tetapi di tempat jurnalis bekerja pun kerap tidak merealisasikan hak dengan pelarangan berserikat dan beroganisasi.
Ia mengatakan, melalui refleksi kebebasan pers malam ini bersama puluhan wartawan di Sumatera Selatan khususnya Palembang terus membangun kekuatan dengan solid.
Solidaritas antar jurnalis juga terus dibangun karena ini menjadi kekuatan.
Sementara Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumsel, Purwantoro menambahkan, kebebasan pers idealnya tidak hanya sebatas peringatan tetapi bagaimana implementasinya dilaksanakan.
Kebebasan pers menjadi mutlak untuk kepentingan masyarakat mayoritas sebagai bentuk profesionalisme jurnalis, tambahnya.
Namun, dia menambahkan sampai kini dalam tugas-tugas peliputan wartawan masih saja kerap menghadapi berbagai bentuk kekerasan dan pelecehan.
Karena itu, sekali lagi tingkatkan solidaritas untuk memperkuat posisi wartawan dan mari bersama-sama menjadi jurnalis yang profesional, katanya.
(KR-NE/M033)
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang Darwin Syarkowi mengatakan sampai kini kebebasan pers cenderung belum dilaksanakan sepenuhnya meskipun tiap 3 Mei diperingati.
"Hingga kini masih sering terjadi kekerasan terhadap wartawan dan intimidasi dari industri media ketika jurnalis ingin berserikat," katanya.
Menurut dia, kasus pembunuhan dan kekerasan terhadap jurnalis sampai kini masih banyak terjadi sehingga mengancam aktivitas peliputan jurnalisme.
Intimidasi tidak hanya datang dari eksternal, tetapi di tempat jurnalis bekerja pun kerap tidak merealisasikan hak dengan pelarangan berserikat dan beroganisasi.
Ia mengatakan, melalui refleksi kebebasan pers malam ini bersama puluhan wartawan di Sumatera Selatan khususnya Palembang terus membangun kekuatan dengan solid.
Solidaritas antar jurnalis juga terus dibangun karena ini menjadi kekuatan.
Sementara Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumsel, Purwantoro menambahkan, kebebasan pers idealnya tidak hanya sebatas peringatan tetapi bagaimana implementasinya dilaksanakan.
Kebebasan pers menjadi mutlak untuk kepentingan masyarakat mayoritas sebagai bentuk profesionalisme jurnalis, tambahnya.
Namun, dia menambahkan sampai kini dalam tugas-tugas peliputan wartawan masih saja kerap menghadapi berbagai bentuk kekerasan dan pelecehan.
Karena itu, sekali lagi tingkatkan solidaritas untuk memperkuat posisi wartawan dan mari bersama-sama menjadi jurnalis yang profesional, katanya.
(KR-NE/M033)
Pewarta: Nila Ertina
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: