Tripoli (ANTARA News) - Inggris dan Libya memperkuat hubungan keamanan Senin dengan sebuah perjanjian yang menurut Inggris akan menjadi contoh bagi negara-negara lain mengenai keuntungan meninggalkan senjata penghancur massal. Memperkuat proses pendekatan yang panjang, Inggris berjanji dalam sebuah surat bersama untuk mengupayakan tindakan Dewan Keamanan PBB jika negara itu diserang senjata-senjata kuman atau kimia. Surat itu, yang ditandatangani Menteri Muda Luar Negeri Inggris Kim Howells dan Menteri Urusan Eropa Libya Abdullati Obidi dan disiarkan kepada wartawan, juga mengikat Inggris untuk membantu memperkuat kemampuan pertahanan Libya. Howells mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Inggris bahwa perjanjian itu menyoroti tingkat kepercayaan antara kedua negara tersebut. "Saya yakin komitmen timbal-balik ini akan menjadi contoh bagi negara-negara lain bahwa ada sebuah jalan untuk kembali ke masyarakat internasional dan mengenai keuntungan keputusan senjata penghancur massal Libya," kata Howells menunjuk pada keputusan Libya meninggalkan senjata penghancur massal. Reuters melaporkan surat yang ditandatangani Senin pada akhir kunjungan Howells ke Tripoli juga mencakup janji bersama untuk memerangi penyebaran senjata penghancur massal. Inggris memutuskan hubungan diplomatik dengan Libya pada 1984 setelah pembunuhan seorang polisi wanita Inggris di luar Kedutaan Besar Libya di London. Hubungan kedua negara itu semakin memburuk setelah pemboman sebuah pesawat penumpang AS di atas desa Lockerbie Skotlandia pada 1988. Duta besar pertama Inggris untuk Tripoli dalam waktu 15 tahun tiba pada Desember 1999 setelah tercapainya sebuah perjanjian dimana Libya menerima "tanggung jawab umum" atas penembakan polisi wanita itu, menyampaikan permintaan maaf dan berjanji membayar kompensasi kepada keluarga korban. Hubungan mereka membaik lagi pada 2003 ketika Libya menerima tanggung jawab atas pemboman Lockerbie dan mengumumkan akan meninggalkan program senjata nuklirnya.(*)