Dolar naik karena lowongan pekerjaan AS kuat, inflasi Jerman melemah
1 Juni 2023 06:40 WIB
Tumpukan uang dolar AS berada di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta, Rabu (16/11/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc/pri. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena data lowongan pekerjaan AS memberikan optimisme baru, namun kenaikannya dibatasi setelah pejabat Fed menyarankan melewatkan kenaikan suku bunga Juni
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,16 persen menjadi 104,3344 pada akhir perdagangan.
Data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) pada Rabu (31/5/2023) menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan di Amerika Serikat mencapai 10,1 juta pada April, melampaui ekspektasi pasar sebesar 9,375 juta dan juga lebih tinggi dari angka revisi dari periode sebelumnya sebesar 9,745 juta.
Baca juga: Dolar jatuh terhadap yen di awal sesi Asia setelah peringatan Jepang
Laporan BLS mengungkapkan penurunan jumlah orang yang berhenti dari pekerjaan mereka sebesar 286.000 menjadi 5,7 juta pada April, sementara jumlah karyawan tetap relatif tidak berubah di 6,1 juta.
Karena ketatnya pasar tenaga kerja telah menjadi salah satu alasan yang dikutip oleh beberapa pejabat Federal Reserve untuk mengadvokasi kenaikan suku bunga lebih lanjut, data lowongan pekerjaan memberikan optimisme baru untuk indeks dolar AS.
Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, Presiden Federal Reserve Cleveland, Loretta Mester mengatakan bahwa dia tidak melihat alasan yang kuat untuk menghentikan kenaikan suku bunga di tengah "tekanan inflasi yang keras kepala."
Namun, dolar AS mempersempit kenaikannya setelah komentar dovish dari Gubernur Federal Reserve Philip Jefferson dan Presiden Federal Reserve Philadelphia, Patrick Harker pada Rabu (31/5/2023) sore.
Dalam sambutannya pada Rabu (31/5/2023), Gubernur Fed dan calon wakil ketua Philip Jefferson mengatakan bahwa melewatkan kenaikan suku bunga akan memungkinkan Fed "melihat lebih banyak data sebelum membuat keputusan tentang sejauh mana penguatan kebijakan tambahan."
Investor mengatur ulang ekspektasi setelah komentar Jefferson, dengan harga berjangka terkait dengan suku bunga kebijakan Fed hanya mencerminkan satu dari tiga peluang kenaikan suku bunga Juni. Sebelumnya, setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan lowongan kerja naik, suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang kenaikan sebesar 71 persen.
Presiden Federal Reserve Philadelphia, Patrick Harker juga mengatakan pada Rabu (31/5/2023) bahwa dia cenderung untuk mendukung "melewati" kenaikan suku bunga pada pertemuan bank sentral berikutnya pada Juni.
Baca juga: Dolar melemah karena pedagang tunggu pemungutan suara plafon utang AS
Selain itu, meredanya inflasi di Jerman juga menyebabkan melemahnya euro.
Data awal dari Kantor Statistik Federal Jerman menunjukkan Rabu (31/5/2023) bahwa indeks harga konsumen - ukuran dari apa yang konsumen bayar untuk barang dan jasa - naik 6,1 persen tahun ke tahun pada Mei diukur dengan standar nasional dibandingkan dengan kenaikan 7,2 persen pada April.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0673 dolar AS dari 1,0719 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2417 dolar AS dari 1,2392 dolar AS pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 139,3160 yen Jepang, lebih rendah dari 139,8380 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,9115 franc Swiss dari 0,9062 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3576 dolar Kanada dari 1,3602 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,8701 krona Swedia dari 10,8802 krona Swedia.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,16 persen menjadi 104,3344 pada akhir perdagangan.
Data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) pada Rabu (31/5/2023) menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan di Amerika Serikat mencapai 10,1 juta pada April, melampaui ekspektasi pasar sebesar 9,375 juta dan juga lebih tinggi dari angka revisi dari periode sebelumnya sebesar 9,745 juta.
Baca juga: Dolar jatuh terhadap yen di awal sesi Asia setelah peringatan Jepang
Laporan BLS mengungkapkan penurunan jumlah orang yang berhenti dari pekerjaan mereka sebesar 286.000 menjadi 5,7 juta pada April, sementara jumlah karyawan tetap relatif tidak berubah di 6,1 juta.
Karena ketatnya pasar tenaga kerja telah menjadi salah satu alasan yang dikutip oleh beberapa pejabat Federal Reserve untuk mengadvokasi kenaikan suku bunga lebih lanjut, data lowongan pekerjaan memberikan optimisme baru untuk indeks dolar AS.
Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, Presiden Federal Reserve Cleveland, Loretta Mester mengatakan bahwa dia tidak melihat alasan yang kuat untuk menghentikan kenaikan suku bunga di tengah "tekanan inflasi yang keras kepala."
Namun, dolar AS mempersempit kenaikannya setelah komentar dovish dari Gubernur Federal Reserve Philip Jefferson dan Presiden Federal Reserve Philadelphia, Patrick Harker pada Rabu (31/5/2023) sore.
Dalam sambutannya pada Rabu (31/5/2023), Gubernur Fed dan calon wakil ketua Philip Jefferson mengatakan bahwa melewatkan kenaikan suku bunga akan memungkinkan Fed "melihat lebih banyak data sebelum membuat keputusan tentang sejauh mana penguatan kebijakan tambahan."
Investor mengatur ulang ekspektasi setelah komentar Jefferson, dengan harga berjangka terkait dengan suku bunga kebijakan Fed hanya mencerminkan satu dari tiga peluang kenaikan suku bunga Juni. Sebelumnya, setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan lowongan kerja naik, suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang kenaikan sebesar 71 persen.
Presiden Federal Reserve Philadelphia, Patrick Harker juga mengatakan pada Rabu (31/5/2023) bahwa dia cenderung untuk mendukung "melewati" kenaikan suku bunga pada pertemuan bank sentral berikutnya pada Juni.
Baca juga: Dolar melemah karena pedagang tunggu pemungutan suara plafon utang AS
Selain itu, meredanya inflasi di Jerman juga menyebabkan melemahnya euro.
Data awal dari Kantor Statistik Federal Jerman menunjukkan Rabu (31/5/2023) bahwa indeks harga konsumen - ukuran dari apa yang konsumen bayar untuk barang dan jasa - naik 6,1 persen tahun ke tahun pada Mei diukur dengan standar nasional dibandingkan dengan kenaikan 7,2 persen pada April.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0673 dolar AS dari 1,0719 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2417 dolar AS dari 1,2392 dolar AS pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 139,3160 yen Jepang, lebih rendah dari 139,8380 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,9115 franc Swiss dari 0,9062 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3576 dolar Kanada dari 1,3602 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,8701 krona Swedia dari 10,8802 krona Swedia.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: