Jakarta (ANTARA) - Analis ICDX Revandra Aritama menyatakan kondisi ketidakpastian antara pemerintah eksekutif dan DPR AS mengenai pagu anggaran untuk menyelesaikan persoalan debt ceiling menguntungkan dolar AS yang dianggap sebagai salah satu aset safe haven.

“Tanggal 1 Juni 2023 yang merupakan tanggal penentuan anggaran AS semakin dekat, namun belum ada kesepakatan antara pemerintah eksekutif dan DPR AS mengenai pagu anggaran menimbulkan ketidakpastian kondisi ekonomi. Kondisi ini menguntungkan dolar AS yang dianggap salah satu aset safe haven, index dolar mengalami kenaikan,” ujar Revandra, di Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut, menurutnya, keadaan ini disebut memberatkan mata uang yang dipasangkan dengan dolar AS, termasuk rupiah.

Pada pada akhir perdagangan Kamis, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 53 poin atau 0,36 persen menjadi Rp14.953 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp14.900 per dolar AS.

Sepanjang hari, pergerakan rupiah dimulai dari Rp14.933 per dolar AS hingga Rp14.967 per dolar AS.

Menurut Revandra, pelemahan rupiah akan terus dipengaruhi dari situasi utang AS, kecuali jika ada pernyataan dari The Fed, Bank Indonesia, atau kejadian luar biasa lainnya yang membuat rupiah semakin melemah.

“Peluang rupiah di posisi Rp15 ribu cukup besar, mengingat posisi saat ini sudah di atas Rp14.900,” uarnya pula.
Baca juga: Data ekonomi dan pagu utang AS kerek dolar di awal sesi Asia
Baca juga: Dolar naik di Asia didorong optimisme kesepakatan plafon utang AS