Teheran (ANTARA News) - Iran dan Badan Pengawas Atom Perserikatan Bangsa-Bangsa (IAEA), Kamis, sepakat melanjutkan pembicaraan soal kegiatan-kegiatan nuklir Iran di Teheran pada 12 Februari mendatang, kata televisi pemerintah.

Pengumuman itu muncul setelah berlangsungnya perundingan dua hari antara tim pakar nuklir PBB dan para perunding Iran yang berakhir tanpa kesepakatan, demikian menurut seorang sumber diplomatik di Wina.

Tim PBB yang dipimpin oleh kepala inspektur IAEA, Herman Nackaerts, dijadwalkan tiba kembali di Wina pada Jumat, kata sumber itu.

Sumber lainnya, seorang diplomat Barat, mengatakan bahwa informasi terakhir yang ia dengar adalah bahwa "masih ada beberapa perbedaan".

Televisi pemerintah Iran tidak memberikan rincian tentang pembicaraan itu.

Pembicaraan tersebut menandai putaran kedua perundingan dalam waktu lebih dari sebulan antara para pakar IAEA dan perunding yang dipimpin oleh perwakilan Teheran untuk IAEA, Ali Asghar Soltanieh, demikian dilaporkan kantor berita ISNA.

Para diplomat di Wina sebelumnya mengatakan bahwa mereka tidak menerima tanda-tanda dari IAEA apakah ada kemajuan nyata dari pertemuan di Iran, yang merupakan pertemuan terkini dalam satu tahun dalam upaya kedua belah pihak mencapai kesepakatan.

"Pada saat ini, kami tidak ingin berspekulasi tentang apa maksud perpanjangan (pertemuan) di hari kedua," kata seorang diplomat Barat, yang tidak mau disebutkan jati dirinya.

IAEA menolak untuk memberikan komentar soal pertemuan.

ISNA melaporkan bahwa "pembahasan-pembahasan teknis" hari Rabu dipusatkan untuk menemukan sebuah "penyelesaian terhadap berbagai masalah dan pertanyaan yang diajukan oleh IAEA".

Nackerts, dalam pernyataan yang diberikannya pada Selasa sebelum ia berangkat ke Teheran, mendesak Iran untuk bersikap "konstruktif".

Ia juga menyatakan kembali "harapan" bahwa Iran akan memberikan akses bagi IAEA untuk mengunjungi Parchin, yaitu pangkalan militer di dekat Teheran yang dicurigai IAEA melakukan percobaan bahan peledak yang bisa menyulut sebuah senjata nuklir.

Harapan

Harapan IAEA untuk mencapai kesepakatan tidak terlalu tinggi. Kepala IAEA, Yukiya Amano, mengatakan ia "tidak terlalu optimistis", sementara seorang diplomat Barat mengatakan kepada AFP akhir pekan lalu bahwa "masih ada sejumlah perbedaan tajam" dengan Teheran.

Pada pertengahan Desember, IAEA gagal mencapai kesepakatan bagi sebuah "pendekatan terstruktur" yang harus diperhatikan Iran, yang disebut badan atom tersebut sebagai bukti "menyeluruh, kredibel" adanya penelitian senjata nuklir yang berlangsung hingga tahun 2003 --dan mungkin sejak saat itu.

Iran secara tegas membantah memiliki bom atom seperti yang dicari-cari. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast, mengatakan pemerintah berharap dapat mencapai kesepakatan yang komprehensif dengan IAEA pada Rabu.

Namun, itu hanya akan memungkinkan jika IAEA mengakui "hak-hak nuklir" Iran," katanya.

(T008/A011)