Bantul bentuk TRC tingkatkan kesiapsiagaan penanggulangan bencana
6 Maret 2023 16:46 WIB
Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo dalam pengarahan pada kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Tim Reaksi Cepat (TRC) penanggulangan bencana di Kabupaten Bantul, DIY, Senin (6/3/2023) ANTARA/HO-Humas Pemkab Bantul.
Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membentuk dan melatih Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana.
"Peserta yang mengikuti pembentukan dan pelatihan TRC sebanyak 30 orang. Harapannya tentu saja untuk meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan terkoordinasi," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Agus Yuli Herwanta di sela Pembentukan dan Pelatihan TRC di Bantul, Senin.
Menurut dia, pembentukan TRC multisektor dengan menggandeng TNI/Polri dan lintas organisasi perangkat daerah (OPD) itu tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 9 Tahun 2008, karena TRC memiliki peran besar dalam penanggulangan bencana.
Baca juga: BPBD Bantul koordinasikan perangkat daerah susun program siaga darurat
"TRC memiliki tugas pokok mengkaji secara cepat dan tepat di lokasi bencana alam dalam waktu tertentu dalam rangka mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana hingga gangguan terhadap pelayanan umum," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, kesiapsiagaan penanggulangan bencana ini harus dibarengi dengan penguasaan mitigasi bencana yang bagus dan jelas.
"TRC harus memiliki kemampuan untuk merencanakan serta memetakan mitigasi agar koordinasi yang dibangun juga terarah. Apalagi, wilayah Bantul memiliki banyak potensi bencana seperti gempa bumi, banjir, abrasi pantai, tanah longsor, dan kebakaran," katanya.
Baca juga: Disdik Bantul koordinasi dengan BPBD kembangkan sekolah aman bencana
Berdasarkan data BPBD Bantul, sepanjang tahun 2022 tercatat sebanyak 548 bencana terjadi di wilayah Bantul. Kejadian kebencanaan pada 2022 tersebut meningkat dibanding 2021 yang tercatat sebanyak 373 kejadian bencana.
Sementara itu, Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo dalam pengarahannya mengatakan mitigasi memegang kunci penanggulangan bencana yang tepat. Apabila pemetaan mitigasi bencana tidak baik, eksekusi di lapangan tentu akan berantakan.
Menurut dia, di Kabupaten Bantul banyak relawan kebencanaan yang bergerak karena kemanusiaan. Oleh karena itu, hadirnya TRC juga harus bisa membangun koordinasi yang tepat.
Baca juga: BPBD: Seluruh wilayah Bantul rawan terdampak bencana hidrometeorologi
"Pemetaan mitigasi bencana juga harus jelas, sehingga nanti langkah penanggulangan bencana tertata dan terstruktur dengan baik serta tepat sasaran. Jangan sampai kita kelabakan ketika terjadi bencana," katanya.
"Peserta yang mengikuti pembentukan dan pelatihan TRC sebanyak 30 orang. Harapannya tentu saja untuk meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan terkoordinasi," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Agus Yuli Herwanta di sela Pembentukan dan Pelatihan TRC di Bantul, Senin.
Menurut dia, pembentukan TRC multisektor dengan menggandeng TNI/Polri dan lintas organisasi perangkat daerah (OPD) itu tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 9 Tahun 2008, karena TRC memiliki peran besar dalam penanggulangan bencana.
Baca juga: BPBD Bantul koordinasikan perangkat daerah susun program siaga darurat
"TRC memiliki tugas pokok mengkaji secara cepat dan tepat di lokasi bencana alam dalam waktu tertentu dalam rangka mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana hingga gangguan terhadap pelayanan umum," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, kesiapsiagaan penanggulangan bencana ini harus dibarengi dengan penguasaan mitigasi bencana yang bagus dan jelas.
"TRC harus memiliki kemampuan untuk merencanakan serta memetakan mitigasi agar koordinasi yang dibangun juga terarah. Apalagi, wilayah Bantul memiliki banyak potensi bencana seperti gempa bumi, banjir, abrasi pantai, tanah longsor, dan kebakaran," katanya.
Baca juga: Disdik Bantul koordinasi dengan BPBD kembangkan sekolah aman bencana
Berdasarkan data BPBD Bantul, sepanjang tahun 2022 tercatat sebanyak 548 bencana terjadi di wilayah Bantul. Kejadian kebencanaan pada 2022 tersebut meningkat dibanding 2021 yang tercatat sebanyak 373 kejadian bencana.
Sementara itu, Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo dalam pengarahannya mengatakan mitigasi memegang kunci penanggulangan bencana yang tepat. Apabila pemetaan mitigasi bencana tidak baik, eksekusi di lapangan tentu akan berantakan.
Menurut dia, di Kabupaten Bantul banyak relawan kebencanaan yang bergerak karena kemanusiaan. Oleh karena itu, hadirnya TRC juga harus bisa membangun koordinasi yang tepat.
Baca juga: BPBD: Seluruh wilayah Bantul rawan terdampak bencana hidrometeorologi
"Pemetaan mitigasi bencana juga harus jelas, sehingga nanti langkah penanggulangan bencana tertata dan terstruktur dengan baik serta tepat sasaran. Jangan sampai kita kelabakan ketika terjadi bencana," katanya.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023
Tags: