Dinkes DKI : Perhatikan frekuensi BAK dalam 7-14 hari setelah demam
26 Oktober 2022 16:59 WIB
Tangkapan layar - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebarkan nomor layanan informasi terkait gangguan ginjal akut yang dimiliki 44 Puskesmas di enam wilayah DKI, Rabu (26/10/2022). (ANTARA/Instagram/@dinkesdki)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti mengingatkan orang tua agar memperhatikan jumlah dan frekuensi Buang Air Kecil (BAK) anak dalam rentang 7-14 hari setelah anak merasakan demam.
“Mungkin sehari-hari bisa 5 kali sehari dan tiba tiba dalam waktu cepat dalam rentang 7-14 hari, tiba-tiba menurun jadi 2 kali sehari atau volumenya berkurang sampai tidak keluar urin sama sekali,” katanya saat Podcast Rabu Belajar Pemprov DKI Jakarta yang disiarkan secara daring, Rabu.
Widyastuti menjelaskan bahwa gejala awal kasus gagal ginjal akut hampir sama dengan gejala umum penyakit lainnya seperti demam, diare, muntah, batuk dan pilek. Namun, jika sudah terjadi penurunan drastis frekuensi dan jumlah baung air kecil anak, maka orang tua patut waspada dan segera memeriksakan anak ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
“Jika frekuensi urine sudah mulai berkurang apalagi terjadi pembengkakan anggota tubuh hingga penurunan kesadaran, itu sudah terlambat. Begitu frekuensi pipis menurun itu perlu waspada,” ujarnya.
Baca juga: Menkes minta BPOM tes kualitas produksi obat cegah gagal ginjal anak
Baca juga: Dinkes DKI sebar nomor layanan informasi gangguan ginjal akut
Lebih lanjut Widyastuti menjelaskan jika anak mengalami demam, maka orang tua harus mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter terkait obat yang digunakan. Kemudian untuk obat bebas yang dapat dibeli bisa mengikuti anjuran.
“Ketika anak sakit berlanjut, segera datang ke dokter untuk diberikan pengobatan lebih lanjut yang sesuai, pantau gejala, pemeriksaan penunjang darah untuk melihat gangguan fungsi gejala. Lakukan kontrol berulang 3-5 hari jika kondisi belum membaik,” ucap dia.
Adapun tahapan gejala keracunan setelah tertelan obat yang mengandung Etilen Glikol (EG) sebenarnya terjadi kurang 24 jam. Dalam rentang waktu 30 menit -12 jam organ yang diserang adalah sistem saraf yang mengakibatkan lemas, muntah, kejang, dan ataksia (tidak seimbang).
Kemudian dalam waktu 12-24 jam akan menyerang jantung dan paru dengan gejala batuk, sesak, gangguan tekanan darah, dan gagal jantung. Lalu pada rentang 24-72 jam, EG akan menyerang ginjal yang menyebabkan BAK berkurang/tidak BAK sama sekali dan nyeri pinggang.
Baca juga: DKI Jakarta optimalkan peran labkesda teliti gangguan ginjal pada anak
Baca juga: Literasi gangguan ginjal akut perlu dibangun tingkatkan kewaspadaan
“Mungkin sehari-hari bisa 5 kali sehari dan tiba tiba dalam waktu cepat dalam rentang 7-14 hari, tiba-tiba menurun jadi 2 kali sehari atau volumenya berkurang sampai tidak keluar urin sama sekali,” katanya saat Podcast Rabu Belajar Pemprov DKI Jakarta yang disiarkan secara daring, Rabu.
Widyastuti menjelaskan bahwa gejala awal kasus gagal ginjal akut hampir sama dengan gejala umum penyakit lainnya seperti demam, diare, muntah, batuk dan pilek. Namun, jika sudah terjadi penurunan drastis frekuensi dan jumlah baung air kecil anak, maka orang tua patut waspada dan segera memeriksakan anak ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
“Jika frekuensi urine sudah mulai berkurang apalagi terjadi pembengkakan anggota tubuh hingga penurunan kesadaran, itu sudah terlambat. Begitu frekuensi pipis menurun itu perlu waspada,” ujarnya.
Baca juga: Menkes minta BPOM tes kualitas produksi obat cegah gagal ginjal anak
Baca juga: Dinkes DKI sebar nomor layanan informasi gangguan ginjal akut
Lebih lanjut Widyastuti menjelaskan jika anak mengalami demam, maka orang tua harus mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter terkait obat yang digunakan. Kemudian untuk obat bebas yang dapat dibeli bisa mengikuti anjuran.
“Ketika anak sakit berlanjut, segera datang ke dokter untuk diberikan pengobatan lebih lanjut yang sesuai, pantau gejala, pemeriksaan penunjang darah untuk melihat gangguan fungsi gejala. Lakukan kontrol berulang 3-5 hari jika kondisi belum membaik,” ucap dia.
Adapun tahapan gejala keracunan setelah tertelan obat yang mengandung Etilen Glikol (EG) sebenarnya terjadi kurang 24 jam. Dalam rentang waktu 30 menit -12 jam organ yang diserang adalah sistem saraf yang mengakibatkan lemas, muntah, kejang, dan ataksia (tidak seimbang).
Kemudian dalam waktu 12-24 jam akan menyerang jantung dan paru dengan gejala batuk, sesak, gangguan tekanan darah, dan gagal jantung. Lalu pada rentang 24-72 jam, EG akan menyerang ginjal yang menyebabkan BAK berkurang/tidak BAK sama sekali dan nyeri pinggang.
Baca juga: DKI Jakarta optimalkan peran labkesda teliti gangguan ginjal pada anak
Baca juga: Literasi gangguan ginjal akut perlu dibangun tingkatkan kewaspadaan
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022
Tags: