Jakarta (ANTARA) - Bank Investasi Eropa atau European Investment Bank (EIB) siap menginvestasikan dana sebesar 1 miliar euro ke Indonesia untuk mendukung pembangunan proyek hijau dan berkelanjutan.

Wakil Presiden EIB Kris Peeters menyatakan pihaknya ingin menjadi mitra yang dapat diandalkan bagi Indonesia dan Asia Tenggara dalam memastikan negara dan kawasan ini berkembang dengan cara yang lebih hijau dan berkelanjutan.

“Di Indonesia, kami sendiri siap untuk berinvestasi hingga 1 miliar euro dalam proyek ini (hijau dan berkelanjutan) setiap tahun,” katanya dalam Official Opening of the EIB Regional Representation for South-East Asia and the Pacific di Jakarta, Jumat.

Peeters menuturkan langkah tersebut diambil karena EIB ingin membantu negara-negara mitra Uni Eropa agar terhindar dari perubahan sekaligus memperkuat kemandirian dalam mengembangkan proyek hijau.

Oleh sebab itu, EIB tidak akan bekerja sendirian dalam mendorong negara mitra melainkan juga sekaligus mengajak sektor publik dan swasta untuk bermitra dalam pembangunan hijau dan berkelanjutan.

EIB pun mengambil langkah membuka Kantor Perwakilan Regional untuk Asia Tenggara dan Pasifik di Jakarta dalam rangka memastikan pinjaman pembangunan mampu mempercepat pertumbuhan.

EIB melalui kantor perwakilannya di Jakarta juga ingin memastikan bahwa pinjaman yang diberikan mampu membuat daerah pedesaan lebih sejahtera sekaligus mengubah kota menjadi pusat inovasi dan memperkuat ekonomi.

Sejauh ini, EIB sangat fokus pada proyek berkelanjutan di Asia Tenggara dengan nilai 2,6 miliar euro yang digunakan untuk pendanaan iklim, transportasi perkotaan, perawatan kesehatan hingga pengembangan energi yang aman.

“EIB berambisi memperkuat posisi Uni Eropa sebagai mitra terpercaya bagi Indonesia dan Asia Tenggara dalam menangani beberapa masalah paling mendesak saat ini,” kata Deputy General Manager EIB Global Markus Berndt.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan fokus EIB pada pengembangan proyek hijau dan berkelanjutan ini sangat sejalan dengan prioritas Indonesia.

Ia menjelaskan Indonesia sendiri sedang berupaya mewujudkan target Nationally Determined Contribution (NDC) yang membutuhkan dana lebih dari 280 miliar dolar AS.

“Itu (merealisasikan target NDC) akan membutuhkan lebih dari 280 miliar dolar AS. Itu lah mengapa 1 miliar euro tidak cukup,” ujarnya.

Baca juga: Anies undang investor dunia untuk kolaborasi bangun Jakarta lewat JIF
Baca juga: Pemerintah ajak pelaku bisnis berinvestasi pada sektor energi bersih
Baca juga: Bahlil: OSS sudah terbitkan hampir 1,8 juta NIB