Jakarta (ANTARA) - Mengawali 2020, Indonesia mendapatkan pukulan telak bernama pandemi COVID-19 membuat semua kegiatan yang berlangsung di luar ruang harus terhenti dan tak terelakkan.

Gawai lantas menjadi andalan hampir seluruh masyarakat di Tanah Air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Baca juga: Mendikbudristek: Indonesia butuh talenta digital cerdas dan kreatif

Tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar kehidupan seperti pangan dan sandang, gawai hadir juga untuk mengisi kebutuhan akan informasi yang berkembang.

Ruang digital pun menjadi semakin ramai dan sesak dengan bising dari banyak sumber.

Akibatnya di tengah pandemi, tidak hanya kesehatan fisik yang terserang, namun bisa dibilang banyak kesehatan mental yang tumbang di ruang digital.

Adaptasi penggunaan internet yang melonjak tak dibarengi dengan persiapan kecakapan digital sehingga infodemik pun tak terhindari.

Ada terlalu banyak informasi di ruang digital yang menjadi andalan itu, berbagai informasi berseliweran baik yang awalnya berupa fakta hingga hoaks seluruhnya bersatu.

Baca juga: Strategi Meta siapkan talenta digital metaverse

Menangani itu, pemerintah pun tak tinggal diam dan mulai membasmi informasi dan berita palsu yang tersebar di dunia maya itu.

Namun hal itu nampaknya tak terbendung sehingga akhirnya lewat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun mencetuskan sebuah program untuk menyiapkan masyarakat Indonesia sebagai talenta digital.

Demi memenuhi visi nasional yaitu transformasi digital maka pemerintah menghadirkan tiga pendekatan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat Indonesia khususnya yang terkait dengan keterampilan digital yakni: Gerakan Literasi Digital Nasional, Digital Talent Scholarship dan Digital Leadership Academy.

Pendekatannya bisa dibilang matang karena disiapkan menyentuh berbagai lapisan masyarakat.

Mulai dari masyarakat awam hingga kalangan profesional tak ada yang luput dalam perhitungan agar bisa mengikuti program yang kini dikenal dengan nama literasi digital.

Di tingkat dasar misalnya, ada program bernama Gerakan Literasi Digital Nasional yang mengajarkan empat dasar keterampilan untuk talenta digital; kecakapan digital, etika digital, budaya digital, serta keamanan digital.

Baca juga: Inovasi teknologi perlu dibarengi talenta digital mumpuni

Mengerucut pada program yang lebih spesifik atau tingkat lanjutan, Digital Talent Scholarship (DTS) dihadirkan untuk mengakomodir masyarakat yang tertarik pada pemanfaatan teknologi digital.

Warga Negara Indonesia yang mengikuti DTS akan mendalami bahasan yang lebih kompleks seperti pemanfaatan IoT, cara menjadi data scientist, hingga memanfaatkan kecerdasan buatan.

Untuk tingkatan yang lebih tinggi lagi yaitu kalangan profesional, program yang dihadirkan bernama Digital Leadership Academy (DLA).

Para pemimpin dari berbagai sektor baik swasta maupun dari pemerintah dibentuk lewat pengajaran dan diminta menghadirkan solusi baru lewat pemanfaatan teknologi digital dalam praktik nyata di dunia kerja.

Dengan demikian para pemimpin itu bisa berkontribusi menciptakan solusi bagi industri maupun kebijakan tepat sasaran bagi kemajuan Indonesia.

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Berkaca dari cita-cita kemerdekaan Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945, negara wajib hadir untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya.

Indonesia pun kini tengah mewujudkan cita-cita itu lewat program penggalangan talenta digital.

Lewat berbagai gerakan penciptaan talenta digital yang dimulai dari gerakan nasional literasi digital, rasanya program ini terasa lebih terbuka dan mampu mencapai lebih banyak kalangan.

Tak terbatas pada mereka yang merupakan kalangan terdidik, masyarakat awam pun bisa dibentuk menjadi talenta digital.

Gerakan Literasi Digital Nasional pun bisa dibilang berhasil memberikan akses tak terbatas pada satu kalangan tertentu saja.

Mulai dari pelaku usaha mikro kecil dan menengah, lalu ibu-ibu PKK, bahkan petani menjadi profil yang pernah menjadi peserta gerakan tersebut.

Baca juga: SRIN rayakan satu dekade dengan bangun talenta digital baru via SIC

Pemberian pemahaman akan kecakapan digital dan budaya digital, pengasahan keterampilan etika digital dan keamanan digital pun membantu masyarakat awam bisa tercetak sebagai talenta digital.

Hadirnya talenta digital itu pun kini menjadi seimbang dengan akses infrastruktur digital di Tanah Air yang semakin ciamik dan akan terus berkembang.

Dengan beragam program pengembangan talenta digital, dalam waktu satu tahun Indonesia berhasil memperbaiki indeks literasi digitalnya yang pada 2020 mencetak skor 3,46 pada 2021 menjadi 3,49.

Meski hasilnya terlihat kecil, perlahan namun pasti program-program ini suatu saat akan mencapai puncaknya menghadirkan talenta digital yang berkualitas sebagai bagian mencetak SDM unggul untuk Indonesia maju.

Jika SDM unggul terus dicetak maka tentunya itu pun akan baik untuk Indonesia karena taraf kehidupan bangsa berjalan ke arah yang positif.

Perbaikan taraf kehidupan bangsa pun sejalan dengan salah satu sila dari Pancasila yakni Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Baca juga: Pemerintah sediakan program stimulan untuk siapkan talenta digital

Digalang hingga Gemilang

Sangatlah wajar bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk berbangga menunjukkan program penggalangan talenta digitalnya sebab langkah penggalangan talenta digital sejalan dengan visi Kemerdekaan yang tertuang dalam UUD 1945 yang menjadi konstitusi dasar Republik Indonesia.

Meski demikian, sikap mawas diri harus tetap dipenuhi mengingat saat ini status indeks literasi digital yang menjadi indikator talenta digital di Indonesia belum mencapai kategori baik dan masih dalam kategori sedang.

Pemekaran program literasi digital lewat inovasi dan variasi bentuk pengajaran harus terus dilakukan hingga Indonesia mencapai hasil yang optimal.

Tentunya itu harus tercapai, mengingat dalam ajang Internasional G20 Indonesia berperan menginisiasi pengembangan talenta digital secara global di dalam Digital Economy Working Group (DEWG).

Baca juga: Menkominfo buka DLA 2022 ajak tingkatkan daya saing ekonomi digital

Indonesia harus bisa menjadi panutan sebagai inisiator program itu.

Pembaruan inovasi dan variasi dalam program pencetakan talenta digital tak dapat dielak karena pembaruan itu diibaratkan sistem operasi dalam sebuah ponsel pintar.

Ketika sistem operasi ditingkatkan oleh pengembang layanan, perangkat pintar pun dengan hebatnya memiliki fitur unggul yang baru.

Dengan terus membuat inovasi dan variasi dalam program pencetakan talenta digital, maka akan semakin banyak masyarakat yang terjangkau untuk kemudian menjadi talenta unggul.

Indonesia tak boleh patah arang dalam menggalang talenta digitalnya sebagai bagian perwujudan SDM unggul.

Dengan demikian visi Indonesia emas 2045 dapat tercapai dengan gemilang.


Baca juga: Menkominfo: Ruang digital harus bermanfaat

Baca juga: Tiga langkah Kominfo ciptakan ekosistem digital inklusif dan optimal

Baca juga: Kurangnya SDM jadi tantangan transformasi digital