Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri (Menlu) Kamboja Prak Sokhonn pada Sabtu (6/8) mengatakan bahwa Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berkomitmen untuk memastikan implementasi Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), yang mulai berlaku pada 1 Januari 2022.
ASEAN berkomitmen untuk memastikan implementasi perjanjian RCEP ... guna meningkatkan daya tarik ASEAN terhadap perdagangan, investasi, dan rantai pasokan global.


"ASEAN berkomitmen untuk memastikan implementasi perjanjian RCEP ... guna meningkatkan daya tarik ASEAN terhadap perdagangan, investasi, dan rantai pasokan global," sebutnya dalam sebuah konferensi pers pada akhir penyelenggaraan Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-55 dan sejumlah pertemuan terkait yang digelar oleh Kamboja.

RCEP meliputi 15 negara Asia-Pasifik termasuk 10 negara anggota ASEAN, yakni Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, serta lima mitra dagang mereka, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

Dalam komunike bersama Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-55 yang dirilis pada Jumat (5/8), para menlu ASEAN mengatakan bahwa RCEP akan menjadi kontributor inti bagi strategi pemulihan kawasan tersebut.

"RCEP akan memberikan kontribusi signifikan terhadap strategi pemulihan kami serta terus mendukung arsitektur perdagangan dan investasi yang inklusif dan terbuka di kawasan ini," sebut komunike bersama itu.
RCEP meliputi 15 negara Asia-Pasifik termasuk 10 negara anggota ASEAN, yakni Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, serta lima mitra dagang mereka, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.


Ekonom senior Ky Sereyvath, yang juga merupakan direktur jenderal Institut Studi China di Royal Academy of Cambodia, mengatakan bahwa RCEP telah menjalankan fungsi sebagai katalisator bagi pertumbuhan ekonomi regional dan global.

Menjadi blok perdagangan terbesar di dunia, RCEP membentuk sebuah pasar yang terdiri dari 2,2 miliar orang atau 30 persen dari populasi dunia dengan produk domestik bruto (PDB) gabungan sebesar 26,2 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.929), yang mewakili sekitar 30 persen dari PDB global dan 28 persen dari perdagangan global.
Ekonom senior Ky Sereyvath, yang juga merupakan direktur jenderal Institut Studi China di Royal Academy of Cambodia, mengatakan bahwa RCEP telah menjalankan fungsi sebagai katalisator bagi pertumbuhan ekonomi regional dan global


"RCEP akan membantu Kamboja dan negara-negara anggota lainnya mempercepat pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19," tuturnya kepada Xinhua. "Saya yakin bahwa pakta perdagangan megaregional ini akan menjadi sebuah pusat gravitasi baru bagi perdagangan global di masa depan."