Rupiah diproyeksikan melemah jelang pengumuman bank sentral
23 Juni 2022 09:37 WIB
Pekerja menghitung uang Dollar Amerika Serikat dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (28/3/2019). Pada penutupan perdagangan, Rupiah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan Asia setelah ditutup melemah 0,25 persen ke level 14.243. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis diproyeksikan melemah menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.
Rupiah pagi ini masih bergerak menguat 25 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.838 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.863 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah mungkin masih dalam tekanan terhadap dolar AS hari ini menjelang pengumuman keputusan moneter BI," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Rupiah ditutup jatuh 50 poin, pasar tunggu testimoni Gubernur The Fed
Menurut Ariston, banyak analis memperkirakan BI akan bertahan di suku bunga acuan yang lama karena melihat kondisi inflasi Indonesia yang terkendali dan Indonesia sedang dalam kondisi pemulihan ekonomi.
"Namun demikian, banyak juga yang khawatir bila perbedaan suku bunga acuan BI dan The Fed yang tidak jauh akan memicu pelemahan nilai tukar rupiah lebih dalam lagi terhadap dolar AS," ujar Ariston.
Baca juga: Dolar melemah, kekhawatiran pertumbuhan tekan imbal hasil lebih rendah
Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pernyataannya di depan Senat AS berkomitmen akan menurunkan inflasi AS yang sangat tinggi dengan melakukan pengetatan moneter yang agresif.
Selain itu, lanjut Ariston, isu resesi yang mengemuka juga bisa menekan nilai tukar rupiah.
"Dengan semakin banyaknya bank sentral dunia yang menaikkan suku bunga acuan, dikhawatirkan akan melambatkan pertumbuhan ekonomi karena penurunan permintaan," kata Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke arah Rp14.880 hingga Rp14.900 per dolar AS dengan support di level Rp14.820 hingga Rp14.800 per dolar AS.
Pada Rabu (22/6) lalu, rupiah ditutup melemah 50 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp14.863 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.813 per dolar AS.
Rupiah pagi ini masih bergerak menguat 25 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.838 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.863 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah mungkin masih dalam tekanan terhadap dolar AS hari ini menjelang pengumuman keputusan moneter BI," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Rupiah ditutup jatuh 50 poin, pasar tunggu testimoni Gubernur The Fed
Menurut Ariston, banyak analis memperkirakan BI akan bertahan di suku bunga acuan yang lama karena melihat kondisi inflasi Indonesia yang terkendali dan Indonesia sedang dalam kondisi pemulihan ekonomi.
"Namun demikian, banyak juga yang khawatir bila perbedaan suku bunga acuan BI dan The Fed yang tidak jauh akan memicu pelemahan nilai tukar rupiah lebih dalam lagi terhadap dolar AS," ujar Ariston.
Baca juga: Dolar melemah, kekhawatiran pertumbuhan tekan imbal hasil lebih rendah
Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pernyataannya di depan Senat AS berkomitmen akan menurunkan inflasi AS yang sangat tinggi dengan melakukan pengetatan moneter yang agresif.
Selain itu, lanjut Ariston, isu resesi yang mengemuka juga bisa menekan nilai tukar rupiah.
"Dengan semakin banyaknya bank sentral dunia yang menaikkan suku bunga acuan, dikhawatirkan akan melambatkan pertumbuhan ekonomi karena penurunan permintaan," kata Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke arah Rp14.880 hingga Rp14.900 per dolar AS dengan support di level Rp14.820 hingga Rp14.800 per dolar AS.
Pada Rabu (22/6) lalu, rupiah ditutup melemah 50 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp14.863 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.813 per dolar AS.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022
Tags: