New York (ANTARA) - Goldman Sachs meningkatkan perkiraan harga minyak Brent sebesar 10 dolar AS menjadi 135 dolar AS per barel untuk periode antara paruh kedua 2022 dan paruh pertama tahun depan, dengan alasan bahwa defisit pasokan struktural masih belum terselesaikan.

Harga perlu naik ke tingkat perkiraan untuk pasokan normal pada akhir 2023, analis di bank tersebut mengatakan dalam sebuah catatan tertanggal 6 Juni.

"Surplus yang diciptakan secara politis" yang dipimpin oleh penurunan moderat dalam ekspor minyak Rusia, pelepasan besar-besaran dari Cadangan Minyak Strategis dan penguncian ketat COVID di China berakhir sehingga permintaan China pulih dan produksi Rusia turun lebih jauh karena larangan Uni Eropa, kata Goldman.

Para pemimpin Uni Eropa baru-baru ini menyetujui embargo impor minyak mentah Rusia yang akan berlaku penuh pada akhir 2022, yang bertujuan untuk menghentikan 90 persen impor minyak mentah Rusia ke blok 27 negara itu pada akhir tahun.

Bank melihat produksi Rusia turun menjadi 9,8 juta barel per hari (bph) pada akhir tahun dari 10,8 juta barel per hari pada Mei, sedikit pulih menjadi 10 juta barel per hari pada Desember 2023.

Pasar lebih ketat dari yang diperkirakan hingga April karena pasokan tetap tidak elastis terhadap lonjakan harga, kata bank Wall Street itu.

"Di sisi permintaan, dorongan pertumbuhan global negatif tetap tidak cukup untuk menyeimbangkan kembali persediaan pada harga saat ini. Akibatnya, kami percaya harga minyak perlu reli lebih lanjut untuk menormalkan tingkat persediaan minyak global yang rendah dan tidak berkelanjutan, serta cadangan minyak OPEC dan kapasitas penyulingan," tambahnya.

Harga minyak naik pada Selasa (7/6), dengan minyak mentah berjangka Brent menjadi menetap di 120,57 dolar AS per barel, karena pasar menyeimbangkan sentimen risiko dengan kekhawatiran pasokan dan prospek permintaan yang lebih tinggi karena China melonggarkan pembatasan COVID-nya.

Baca juga: Minyak naik ditopang pelonggaran pembatasan COVID China, pasokan ketat

Baca juga: Brent naik di atas 120 dolar setelah Saudi naikkan harga minyak mentah