Presiden komentari bentrok pelajar-wartawan
20 September 2011 12:13 WIB
Bentrok siswa dengan wartawan yang sedang berunjuk rasa di depan sekolah mereka di SMU 6, Bulungan. Penyerangan terjadi saat para wartawan meminta pertanggungjawaban pihak SMU 6 terkait kasus pengeroyokan dan perampasan kaset yang dialami rekan wartawan sebuah stasiun televisi ketika meliput tawuran di depan SMU 6. (ANTARA/Rosa Panggabean)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengomentari bentrok antara pelajar SMA 6 Jakarta dan wartawan yang terjadi pada Senin 19 September di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan.
Komentar tersebut disampaikan oleh Presiden ketika berdiri di muka pintu ruang tamu Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa, untuk menunggu tamu dari Yayasan Batik Indonesia.
Presiden yang didampingi oleh Ani Yudhoyono bertanya kepada kumpulan wartawan yang berdiri di seberangnya tentang isu terkini yang dibicarakan oleh publik. "Selesaikan dengan baik-baik, hukum ditegakkan," ujarnya.
Presiden mengatakan Indonesia rawan dengan potensi bentrokan antar kelompok.
"Cegah jangan sampai ada benturan begitu. Negara kita rawan soal-soal begitu di seluruh Indonesia. Harus pakai pencegahnya, tapi begitu kejadian ya harus diselesaikan dengan baik supaya ada pelajaran berharga," demikian Presiden.
(D013)
Komentar tersebut disampaikan oleh Presiden ketika berdiri di muka pintu ruang tamu Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa, untuk menunggu tamu dari Yayasan Batik Indonesia.
Presiden yang didampingi oleh Ani Yudhoyono bertanya kepada kumpulan wartawan yang berdiri di seberangnya tentang isu terkini yang dibicarakan oleh publik. "Selesaikan dengan baik-baik, hukum ditegakkan," ujarnya.
Presiden mengatakan Indonesia rawan dengan potensi bentrokan antar kelompok.
"Cegah jangan sampai ada benturan begitu. Negara kita rawan soal-soal begitu di seluruh Indonesia. Harus pakai pencegahnya, tapi begitu kejadian ya harus diselesaikan dengan baik supaya ada pelajaran berharga," demikian Presiden.
(D013)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
Tags: