BI catat uang beredar Desember 2021 meningkat jadi Rp7.867,1 triliun
24 Januari 2022 11:33 WIB
Ilustrasi - Uang pecahan 100.000 rupiah Indonesia terlihat melalui kaca pembesar di antara mata uang Asia Tenggara lainnya. ANTARA/REUTERS/Edgar Su/pri.
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar dalam arti luas (M2) atau likuiditas perekonomian Desember 2021 meningkat 13,9 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) menjadi Rp7.867,1 triliun.
Peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 17,9 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 9,3 persen (yoy).
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin, mengatakan pertumbuhan M2 pada Desember 2021 dipengaruhi oleh ekspansi keuangan pemerintah dan penyaluran kredit.
Ekspansi keuangan pemerintah tercermin dari tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang tumbuh sebesar 37,7 persen (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan November 2021 sebesar 30,4 persen.
Penyaluran kredit juga tumbuh sebesar 4,9 persen (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,4 persen (yoy).
Sementara itu, ia menyebutkan akselerasi M1 terutama disebabkan oleh pertumbuhan uang kartal, giro rupiah, maupun tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu.
Peredaran uang kartal pada Desember 2021 tercatat sebesar Rp831,2 triliun atau tumbuh 9,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yakni 8,8 persen (yoy) sejalan dengan peningkatan aktivitas masyarakat dan menurunnya kasus COVID-19 di Indonesia pada akhir tahun 2021.
Sedangkan, giro rupiah pada Desember 2021 tumbuh 32,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 23,3 persen (yoy).
Pertumbuhan giro rupiah sedikit tertahan oleh perlambatan dana float (saldo) uang elektronik yang tercatat sebesar Rp8,3 triliun atau tumbuh 4,6 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 10,9 persen (yoy), dengan pangsa terhadap M1 sebesar 0,19 persen.
Erwin melanjutkan, tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu pada Desember 2021 tercatat Rp2.131,8 triliun, dengan pangsa 48,3 persen terhadap M1 atau tumbuh 13 persen (yoy), meningkat dibandingkan November 2021 yakni 11,9 persen (yoy).
Uang kuasi, dengan pangsa 43,6 persen dari M2 tercatat sebesar Rp3.430,5 triliun pada Desember 2021 atau tumbuh 9,3 persen (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yaitu tujuh persen (yoy), yang didorong oleh peningkatan simpanan berjangka dan giro valas.
Di sisi lain, surat berharga selain saham masih menunjukkan pertumbuhan negatif 2,3 persen (yoy), meskipun tidak sedalam pertumbuhan negatif bulan sebelumnya 16,3 persen (yoy).
Perkembangan tersebut disebabkan oleh peningkatan kepemilikan lembaga keuangan non-bank atas surat berharga yang diterbitkan bank dalam rupiah, serta peningkatan kewajiban akseptasi rupiah bank atas korporasi non finansial.
Baca juga: BI: Nilai transaksi digital banking naik 45,64 persen pada 2021
Baca juga: BI perkirakan pertumbuhan kredit baru melambat pada triwulan I 2022
Baca juga: BI dan Bank Sentral Singapura perluas kerja sama
Peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 17,9 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 9,3 persen (yoy).
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin, mengatakan pertumbuhan M2 pada Desember 2021 dipengaruhi oleh ekspansi keuangan pemerintah dan penyaluran kredit.
Ekspansi keuangan pemerintah tercermin dari tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang tumbuh sebesar 37,7 persen (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan November 2021 sebesar 30,4 persen.
Penyaluran kredit juga tumbuh sebesar 4,9 persen (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,4 persen (yoy).
Sementara itu, ia menyebutkan akselerasi M1 terutama disebabkan oleh pertumbuhan uang kartal, giro rupiah, maupun tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu.
Peredaran uang kartal pada Desember 2021 tercatat sebesar Rp831,2 triliun atau tumbuh 9,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yakni 8,8 persen (yoy) sejalan dengan peningkatan aktivitas masyarakat dan menurunnya kasus COVID-19 di Indonesia pada akhir tahun 2021.
Sedangkan, giro rupiah pada Desember 2021 tumbuh 32,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 23,3 persen (yoy).
Pertumbuhan giro rupiah sedikit tertahan oleh perlambatan dana float (saldo) uang elektronik yang tercatat sebesar Rp8,3 triliun atau tumbuh 4,6 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 10,9 persen (yoy), dengan pangsa terhadap M1 sebesar 0,19 persen.
Erwin melanjutkan, tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu pada Desember 2021 tercatat Rp2.131,8 triliun, dengan pangsa 48,3 persen terhadap M1 atau tumbuh 13 persen (yoy), meningkat dibandingkan November 2021 yakni 11,9 persen (yoy).
Uang kuasi, dengan pangsa 43,6 persen dari M2 tercatat sebesar Rp3.430,5 triliun pada Desember 2021 atau tumbuh 9,3 persen (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yaitu tujuh persen (yoy), yang didorong oleh peningkatan simpanan berjangka dan giro valas.
Di sisi lain, surat berharga selain saham masih menunjukkan pertumbuhan negatif 2,3 persen (yoy), meskipun tidak sedalam pertumbuhan negatif bulan sebelumnya 16,3 persen (yoy).
Perkembangan tersebut disebabkan oleh peningkatan kepemilikan lembaga keuangan non-bank atas surat berharga yang diterbitkan bank dalam rupiah, serta peningkatan kewajiban akseptasi rupiah bank atas korporasi non finansial.
Baca juga: BI: Nilai transaksi digital banking naik 45,64 persen pada 2021
Baca juga: BI perkirakan pertumbuhan kredit baru melambat pada triwulan I 2022
Baca juga: BI dan Bank Sentral Singapura perluas kerja sama
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: