Kompak gelar Parade Mural minta Revisi PP 109/ 2012 disahkan
17 November 2021 15:23 WIB
Koordinator Aksi Koalisi Masyarakat Peduli Kesehatan (KOMPAK) Rama Tantra di antara mural-mural yang dipajang dalam aksi kreatif #ParadeMural Hari Kesehatan Nasional, Jakarta, Rabu (17/11/2021). (ANTARA/ Anita Permata Dewi)
Jakarta (ANTARA) - Koalisi Masyarakat Peduli Kesehatan (Kompak) menggelar aksi kreatif #ParadeMural Hari Kesehatan Nasional untuk meminta Presiden Joko Widodo segera mengesahkan Revisi PP 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
Upaya ini dilakukan untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencapai target penurunan prevalensi perokok anak.
"Aksi hari ini adalah upaya untuk menyampaikan aspirasi kami, kekhawatiran terkait tingginya prevalensi perokok anak di Indonesia. Kami ingin mendorong dan mendukung Revisi PP 109 yang saat ini prosesnya sudah ada di Istana. Kami dorong Pak Jokowi untuk bisa teken Revisi PP tersebut," kata Koordinator Aksi Kompsk Rama Tantra saat ditemui ANTARA di Jakarta Pusat, Rabu.
Dalam aksi tersebut, Koalisi Masyarakat Peduli Kesehatan (KOMPAK) mewakili 12 organisasi, yaitu Yayasan Lentera Anak, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Komite Nasional Pengendalian Tembakau, Fakta Indonesia, Yayasan Kakak, Pusaka Indonesia, Indonesian Youth Council for Tobacco Control (IYCTC), Pembaharu Muda 3.0, Gerakan Muda FCTC, Smoke Free Agent (SFA), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) dan Aksi Kebaikan.
Baca juga: Kak Seto: Indonesia darurat perokok anak
Baca juga: Kemenkeu berencana naikkan cukai rokok untuk turunkan perokok anak
Pihaknya memilih mural sebagai media penyampaian aspirasi untuk menyuarakan pendapat. Menurut dia, hal ini menunjukkan kaum muda tidak pernah kehabisan ide kreatif untuk menyampaikan pesan advokasi, khususnya terkait kebijakan kesehatan.
"Kami kaum muda mantap memilih karya kreatif mural sebagai media penyampai pesan atas keprihatinan terhadap semakin meningkatnya prevalensi perokok anak di Indonesia," kata Rama.
Rama menyebut tingginya prevalensi perokok anak di Indonesia disebabkan masifnya paparan iklan promosi dan sponsor rokok terhadap anak, serta akses rokok yang mudah bagi anak karena harganya sangat murah dan dijual batangan.
"Sudah banyak studi yang menyebutkan adanya korelasi antara terpaan iklan, promosi dan sponsor rokok kepada anak terhadap keinginan untuk merokok," ujar Youth Empowerment Officer Yayasan Lentera Anak ini.
Menurut dia, masifnya serbuan iklan, promosi dan sponsor rokok, baik di luar dan di dalam ruangan, di televisi dan media sosial yang dilakukan industri rokok membuktikan bahwa kaum muda menjadi target pemasaran industri rokok.
Baca juga: Edukasi cegah perokok anak harus konsisten
Baca juga: Menkes diharapkan memimpin pengendalian tembakau
Upaya ini dilakukan untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencapai target penurunan prevalensi perokok anak.
"Aksi hari ini adalah upaya untuk menyampaikan aspirasi kami, kekhawatiran terkait tingginya prevalensi perokok anak di Indonesia. Kami ingin mendorong dan mendukung Revisi PP 109 yang saat ini prosesnya sudah ada di Istana. Kami dorong Pak Jokowi untuk bisa teken Revisi PP tersebut," kata Koordinator Aksi Kompsk Rama Tantra saat ditemui ANTARA di Jakarta Pusat, Rabu.
Dalam aksi tersebut, Koalisi Masyarakat Peduli Kesehatan (KOMPAK) mewakili 12 organisasi, yaitu Yayasan Lentera Anak, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Komite Nasional Pengendalian Tembakau, Fakta Indonesia, Yayasan Kakak, Pusaka Indonesia, Indonesian Youth Council for Tobacco Control (IYCTC), Pembaharu Muda 3.0, Gerakan Muda FCTC, Smoke Free Agent (SFA), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) dan Aksi Kebaikan.
Baca juga: Kak Seto: Indonesia darurat perokok anak
Baca juga: Kemenkeu berencana naikkan cukai rokok untuk turunkan perokok anak
Pihaknya memilih mural sebagai media penyampaian aspirasi untuk menyuarakan pendapat. Menurut dia, hal ini menunjukkan kaum muda tidak pernah kehabisan ide kreatif untuk menyampaikan pesan advokasi, khususnya terkait kebijakan kesehatan.
"Kami kaum muda mantap memilih karya kreatif mural sebagai media penyampai pesan atas keprihatinan terhadap semakin meningkatnya prevalensi perokok anak di Indonesia," kata Rama.
Rama menyebut tingginya prevalensi perokok anak di Indonesia disebabkan masifnya paparan iklan promosi dan sponsor rokok terhadap anak, serta akses rokok yang mudah bagi anak karena harganya sangat murah dan dijual batangan.
"Sudah banyak studi yang menyebutkan adanya korelasi antara terpaan iklan, promosi dan sponsor rokok kepada anak terhadap keinginan untuk merokok," ujar Youth Empowerment Officer Yayasan Lentera Anak ini.
Menurut dia, masifnya serbuan iklan, promosi dan sponsor rokok, baik di luar dan di dalam ruangan, di televisi dan media sosial yang dilakukan industri rokok membuktikan bahwa kaum muda menjadi target pemasaran industri rokok.
Baca juga: Edukasi cegah perokok anak harus konsisten
Baca juga: Menkes diharapkan memimpin pengendalian tembakau
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021
Tags: