Kota Jayapura (ANTARA) - Gelanggang Olahraga (GOR) Koya Koso dari tengah Kota Jayapura, bisa diakses dari beberapa jalur. Salah satunya, dari kawasan Pantai Hamadi lewat Jembatan Merah Youtefa.

Dari jembatan kebanggaan warga Papua itu, terus lurus hingga pertigaan yang menjadi batas jalan.

Sepanjang jalan, di sisi kiri disuguhi garis pantai yang dipenuhi pohon-pohon kelapa. Berjajar juga kafe-kafe dengan view langsung menatap laut dan beralas pasir pantai.

Dari batas pertigaan, berbelok ke kanan ke arah Koya dan Kabupaten Keerom. Bagi yang berniat pergi ke perbatasan Jayapura-Papua Nugini (Skouw), dari pertigaan itu berbelok ke kiri.

Lebar jalannya tidak besar, hanya sekitar 4-5 meter, tapi sudah beraspal. Setiap salipan mobil dua arah harus memelankan laju kendaraan.

Pemandangannya indah, hijau dan bebukitan di sepanjang mata memandang. Meski sepi, disarankan kecepatan kendaraan tak lebih dari 60 kilometer per jam. Selain berkelok, jalannya juga naik turun.

Akhir jalan ditandai juga dengan pertigaan. Tepat di sisi kirinya ada bangunan UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Kota Jayapura. Letaknya di Jalan Trans Papua Koya Koso.

Dari situ, mengarah ke GOR, harus belok kiri. Pemandangannya bukit kapur, yang di bawahnya tepat industri pembuatan batu tela. Batu tela adalah salah satu bahan bangunan untuk membuat dinding. Di Jawa, hampir sama dengan batu bata, tapi ukurannya lebih besar. Warnanya juga menyerupai batu bata putih.

Baca juga: Kemenkeu hibahkan 8 venue PON bernilai Rp1,3 triliun untuk Papua

Setelah berbelok, jalanan langsung menurun. Total ada empat jembatan kecil berpanjang sekitar 20-an meter yang nantinya dilintasi.

Jembatan pertama, bawahnya tak terlihat air karena tertutupi kangkung-kangkung liar. Setelahnya ada hamparan tambak ikan dilengkapi gazebo-gazebo. Di situ merupakan tempat wisata pemancingan keluarga yang lengkap dengan kafe. Namanya “Harangan Bakot”.

Kembali jembatan dengan ukuran panjang hampir sama ditemui. Yang harus diingat, setiap melintasnya harus mengurangi kecepatan karena ada besi kecil sebagai penanda pemisah antara jalan dan jembatan.

Di sepanjang jalan, rumah-rumah panggung berbahan kayu bakal sering dijumpai. Jarak antar-rumah juga berjauhan. Tapi sesekali sudah ada yang bangunan permanen, termasuk ruko penjual peralatan dan perlengkapan sehari-hari.

Di kiri kanannya, ada hamparan tanah lapang yang dimanfaatkan anak-anak kecil bermain. Ada yang sekadar berlarian, ada yang bermain bola. Dari sana, bukan tidak mungkin lahir the next "Boaz Salossa" yang membela klub Tanah Papua, bahkan Timnas Indonesia.

Ada penggembala sapi...

Di hamparan rerumputan itu juga ditemui beberapa penggembala yang menunggui sapi-sapi kecilnya memamah rumput.

Usai melintasi jembatan ketiga, di sisi kiri akan terlihat jelas deretan lapak penjual pinang. Namanya Pasar Mama-Mama "Roguur".

Tidak jauh dari pasar, terdapat kebun pisang yang lebat di sisi kanan dan kiri jalan. Pohonnya sebagian sudah tua, ini terlihat dari banyaknya daun yang kering dan kulit pohon yang berwarna coklat.

Baca juga: Puan: Venue PON harus terus dimanfaatkan untuk rakyat Papua

Tapi, tunas-tunas dan pohon pisang produktif juga tak kalah lebatnya. Ada yang buahnya masih hijau, ada pula yang sudah tak berbuah.

Masih di kebun pohon pisang, ada lagi jembatan. Selepas itu, ada jalan berkelok, naik turun dan bertemu pertigaan yang jika ke kanan mengarah GOR Koya Koso.

Penandanya ada papan plang merah bertuliskan “Satbrimobda Mako Batalyon Pelopor”. Warna papan plangnya merah, tapi tulisannya hampir tak bisa terbaca karena catnya sebagian sudah luntur.

Berbelok ke kanan, jalan halus yang aspalnya masih baru menyambut. Masih hitam dan mulus. Kata warga di sana, jalan itu memang baru diaspal lagi sepekan menjelang PON Papua.

Setiap kendaraan tak bisa ngebut di sana. Tak cukup berkelok, tapi juga naik turun. Kendaraan manual harus mengambil gigi satu agar bisa menanjak.

Di atas bukit juga dijumpai pos pengamanan, lalu terdapat juga pos depan sebelum masuk markas Brimob. Deretan bendera merah putih berkibar di sepanjang jalan.

Dari depan markas di Distrik Muara Tami itu, terlihat atap venue GOR Koya Koso. Tidak terlihat penuh memang, karena bangunannya tertutup bukit-bukit. Setelah berbelok, lalu menanjak, baru gedung terlihat jelas karena letaknya persis di sisi kanan tanjakan.
Arena voli pasir di kompleks GOR Koya Koso yang digunakan sebagai salah satu venue PON XX Papua Tahun 2021, (ANTARA/Fiqih Arfani)


Baca juga: Rincian tujuh "venue" canggih yang diresmikan Presiden Jokowi


venue berkelas dunia ....


Venue berkelas dunia di atas bukit

Pemerintah Provinsi Papua mengungkapkan anggaran hingga Rp357 miliar telah dihabiskan untuk membangun GOR voli di Koya Koso.

Wajar saja, bangunannya yang megah diakui oleh pemain-pemain voli, pelatih dan berbagai pihak. Tak sedikit yang mengklaim venue di sana tak ada duanya di Indonesia.

Selain itu, tepat di sisi GOR juga ada lapangan voli pasir yang dilengkapi tribun permanen. Kelasnya juga diakui berstandar internasional.

Di GOR voli indoor, pintu masuk untuk pemain, kontingen dan tamu VIP dipusatkan di satu pintu di lantai dasar. Total ada dua akses keluar masuk. Tapi, satu pintu lainnya digunakan khusus dan lebih sering terkunci. Ini untuk mengantisipasi agar tak keluar masuk dari sana.

Khusus penonton diarahkan ke lantai dua yang beberapa tangganya disiapkan di sisi luar. Pintunya juga tidak sedikit, dan memudahkan penonton memasuki arena dari berbagai arah.

Di tribun, tempat duduknya single seat, berjarak dan terdiri dari dua lantai. Kapasitas penontonnya menampung 2.200 orang.

Penerangan dan penyejuk ruangan yang memadai membuat penonton betah berlama-lama dan duduk manis di tribun meski hawa di luar gedung panasnya bisa mencapai hampir 40 derajat celsius.

Fasilitasnya super lengkap. Ada ruang kaca menghadap lapangan di lantai dua, yang pada gelaran PON XX digunakan khusus bagi tim broadcasting, atau kru televisi menyiarkan secara langsung.

Baca juga: Rincian tujuh "venue" canggih yang diresmikan Presiden Jokowi

Di lantai dasar, ada berbagai ruangan berperlengkapan masih baru. Di ruang VIP, sofa dan meja kursi untuk jamuan makan belum kotor sedikit pun. Ada juga ruang medis, termasuk ruang khusus wasit, panitia penyelenggara dan ruang media.

Di khusus ruang media dibagi lagi ke dalam dua ruangan. Di ruangan depan tersedia meja dan kursi untuk pewarta menulis laporan atau berita, dan satu ruang lainnya khusus khusus konferensi pers.

Di dalamnya juga ada satu toilet. Kemudian juga tersedia lemari es dan dispenser yang terlihat baru dibeli karena plastiknya masih ada, serta gulungan kabelnya terikat rapi.

Untuk fasilitas pemain, terdapat empat kamar ganti. Ruangannya besar, dan terdapat khusus kamar mandi atlet.

Fasilitas lapangannya juga bagus. Saat babak penyisihan bisa dipakai dua lapangan, tetapi memasuki babak empat besar dipergunakan satu lapangan dengan menggabungkan keduanya.

Tak itu saja, di dekat ruang ganti terdapat akses lorong menuju basement atau bawah tanah. Di situ terdapat dua lapangan terpisah yang biasa digunakan latihan dan pemanasan sebelum atlet memasuki lapangan utama.

“Saya akui, venue ini sangat bagus. Di Indonesia saya baru menemukan yang lengkap seperti ini. Khusus voli dan ada lapangan pendamping untuk latihannya. Ini luar biasa,” kata pelatih voli putra DKI Jakarta Victor Laiyan.

Hal senada diakui pemain bola voli putra DKI Jakarta, Okky Damar Saputra, yang menganggap GOR Koya Koso sebagai yang terbagus di tanah air.

“Selama berkarir sebagai atlet voli, menurut saya venue ini yang paling menarik dan bagus,” kata pemain profesional Proliga ini.

Baca juga: Presiden Jokowi resmikan "venue" PON Papua

Tak jauh beda dengan voli indoor, di lapangan voli pasir juga tak kalah lengkapnya. Tribun yang mampu menampung penonton hingga 623 orang diakui sebagai yang paling baik.

Terlebih juga ada beberapa lapangan latihan sebagai pendamping atau pemanasan dengan pasir serta garis pembatas dan net berkualitas.

“Di Asian Games 2018, saya masuk tim panitia voli pasir dan menggunakan merek net sama dengan di Papua ini. Kualitasnya terbaik dan standar internasional,” kata pelatih voli pasir putri Jawa Timur Candra Kurniawan.

Pelatih bola voli pasir putri Nusa Tenggara Barat Agus Salim juga merasakan hal sama. Sebagai pemain yang namanya malang-melintang dan sukses meraih prestasi kelas dunia, dia menilai lapangan di GOR Koya Koso sudah berlevel internasional.

“Semoga lapangan ini menjadi saksi dan titik balik atlet-atlet Papua maupun atlet dari daerah lain untuk menjadi pemain voli pasir yang hebat dan membuat bangga Indonesia,” katanya.
GOR Voli Indoor Koya Koso yang digunakan sebagai salah satu venue PON XX Papua Tahun 2021 saat malam hari, (ANTARA/Fiqih Arfani)


Baca juga: Tujuh venue canggih Papua dibangun senilai Rp1,5 triliun

Harapan Zainudin Amali ...

Harapan Menpora

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali siap membawa kejuaraan bola voli tingkat Asia ke Papua setelah melihat lengkapnya fasilitas GOR Koya Koso.

“Setelah saya berkeliling dan melihat fasilitasnya, saya berani membawa kejuaraan Asia dan tuan rumahnya di sini,” kata dia usai meninjau venue, Sabtu sore WIT pekan lalu.

Menpora meninjau satu per satu ruangan yang menjadi fasilitas, seperti ruang medik, sekretariat dan beberapa ruangan lainnya. Dia juga memuji semua fasilitas, terutama tersedianya lapangan latihan.

“Lokasinya ada di luar arena, tapi masih di dalam gedung. Lapangannya bagus-bagus, dan saya melihatnya sangat representatif,” kata mantan Ketua Komisi II DPR RI itu.

ZA, sapaan akrabnya, berharap gedung tersebut nantinya tetap dimanfaatkan untuk aktivitas voli, baik tingkat lokal, nasional maupun internasional.

“Sekali lagi saya sampaikan, kita sangat bangga karena memiliki gedung-gedung hebat dan berkelas dunia pada PON kali ini. Tidak ada di tempat lain fasilitas seperti di GOR Koya Koso. Luar biasa di Papua ini,” kata Zainudin.

Baca juga: Stadion Lukas Enembe ikon baru olahraga Papua