Peredaran uang palsu di RI terbilang kecil
23 September 2021 22:46 WIB
Dari kiri ke kanan - Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Imanuddin, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono, Wadirtipideksus Kombes Pol Whisnu Hermawan dan perwakilan BIN, memamerkan alat bukti kejahatan pemalsuan mata uang dan peredaran uang palsu di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (23/9/2021). ANTARA/Laily Rahmawaty
Jakarta (ANTARA) - Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Wadirtipideksus) Bareskrim Polri Kombes Pol Whisnu Hermawan menyebutkan peredaran uang palsu di Indonesia terbilang kecil dibanding negara-negara di dunia.
"Pemalsuan uang rupiah Indonesia sangat kecil, jadi kalau 1 juta lembar uang asli, cuma ada tiga lembar uang palsu," kata Hermawan di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis.
Menurut Hermawan, jika dibandingkan dengan pemalsuan dolar AS, dari satu juta lembar uang dolar kemungkinan ada 250 lembar yang palsu.
"Jadi uang rupiah ini masih dinilai sangat kecil dalam pemalsuannya. Karena fitur-fitur pengamanannya cukup spesifik dan cukup bagus, ada 11 pengamanan atau ciri khas dari uang asli tersebut," ungkap Hermawan.
Meski demikian, tindak pidana pemalsuan mata uang dan peredaran uang palsu menjadi tantangan tersendiri bagi Polri dalam menindaknya.
Peredaran uang palsu ini menimbulkan kerugian bagi ekonomi masyarakat, selain itu dapat menurunkan nilai kepercayaan masyarakat terhadap mata uang yang beredar.
Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Imanuddin, dalam konferensi pers pengungkapan kejahatan uang palsu di Bareskrim Polri siang tadi, menyebutkan, penindakan terhadap tindak pidana uang palsu penting dilakukan, karena uang bagian dari kedaulatan bangsa Indonesia, disamping fungsinya untuk transaksi ekonomi.
Imanuddin mengungkapkan, perkembangan uang palsu di Indonesia rata-rata setiap tahun sebanyak 200 ribu bilyet.
Baca juga: Bareskrim Polri tangkap 20 tersangka tindak pidana uang palsu
Baca juga: Polisi ungkap beragam modus operandi pelaku kejahatan uang palsu
"Kalau dibandingkan negara lain, Indonesia masih cukup rendah, seperti setahun ini tingkatnya 3 ppm (piece per million) artinya 3 lembar per satu juta lembar," tuturnya.
Jika dibandingkan negara lain, sambung Imanuddin, kemungkinan bisa sampai 100-200 bilyet per 1 juta lembar uang asli.
Meski dinilai rendah, Imanuddin mengingatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap uang yang beredar harus dijaga, salah satu upayanya dengan penindakan hukum yang dilakukan oleh jajaran kepolisian.
"Untuk tetap menjaga masyarakat agar terlindungi, BI tahun ini mensosialisasikan cinta, bangga, dan paham rupiah. Salah satu cinta itu adalah kita imbau masyarakat untuk mengenal rupiah dan ciri-cirinya," ujar Imanuddin.
Ia menambahkan, uang rupiah memiliki 11 fitur pengamanan. Dari 11 fitur tersebut, hanya sebagian yang bisa dilihat oleh masyarakat, salah satunya "3D" (dilihat, diraba dan diterawang).
"Ada beberapa fitur keamanan keaslian uang yang hanya dikenali di Laboratorium BI. Untuk itu kita jaga betul uang kita dengan beberapa fitur keamanan yang mudah-mudahan ini akan tetap kuat yang sulit dipalsukan dan tingkat pemalsuannya ini tetap rendah," kata Imanuddin.
Sebelumnya diberitakan, Dittipideksus Bareskrim Polri menangkap 20 tersangka pemalsuan mata uang dan pengedar uang palsu dari tiga jaringan di wilayah Jakarta-Bogor, Tangerang, Demak dan Sukoharjo.
"Pemalsuan uang rupiah Indonesia sangat kecil, jadi kalau 1 juta lembar uang asli, cuma ada tiga lembar uang palsu," kata Hermawan di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis.
Menurut Hermawan, jika dibandingkan dengan pemalsuan dolar AS, dari satu juta lembar uang dolar kemungkinan ada 250 lembar yang palsu.
"Jadi uang rupiah ini masih dinilai sangat kecil dalam pemalsuannya. Karena fitur-fitur pengamanannya cukup spesifik dan cukup bagus, ada 11 pengamanan atau ciri khas dari uang asli tersebut," ungkap Hermawan.
Meski demikian, tindak pidana pemalsuan mata uang dan peredaran uang palsu menjadi tantangan tersendiri bagi Polri dalam menindaknya.
Peredaran uang palsu ini menimbulkan kerugian bagi ekonomi masyarakat, selain itu dapat menurunkan nilai kepercayaan masyarakat terhadap mata uang yang beredar.
Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Imanuddin, dalam konferensi pers pengungkapan kejahatan uang palsu di Bareskrim Polri siang tadi, menyebutkan, penindakan terhadap tindak pidana uang palsu penting dilakukan, karena uang bagian dari kedaulatan bangsa Indonesia, disamping fungsinya untuk transaksi ekonomi.
Imanuddin mengungkapkan, perkembangan uang palsu di Indonesia rata-rata setiap tahun sebanyak 200 ribu bilyet.
Baca juga: Bareskrim Polri tangkap 20 tersangka tindak pidana uang palsu
Baca juga: Polisi ungkap beragam modus operandi pelaku kejahatan uang palsu
"Kalau dibandingkan negara lain, Indonesia masih cukup rendah, seperti setahun ini tingkatnya 3 ppm (piece per million) artinya 3 lembar per satu juta lembar," tuturnya.
Jika dibandingkan negara lain, sambung Imanuddin, kemungkinan bisa sampai 100-200 bilyet per 1 juta lembar uang asli.
Meski dinilai rendah, Imanuddin mengingatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap uang yang beredar harus dijaga, salah satu upayanya dengan penindakan hukum yang dilakukan oleh jajaran kepolisian.
"Untuk tetap menjaga masyarakat agar terlindungi, BI tahun ini mensosialisasikan cinta, bangga, dan paham rupiah. Salah satu cinta itu adalah kita imbau masyarakat untuk mengenal rupiah dan ciri-cirinya," ujar Imanuddin.
Ia menambahkan, uang rupiah memiliki 11 fitur pengamanan. Dari 11 fitur tersebut, hanya sebagian yang bisa dilihat oleh masyarakat, salah satunya "3D" (dilihat, diraba dan diterawang).
"Ada beberapa fitur keamanan keaslian uang yang hanya dikenali di Laboratorium BI. Untuk itu kita jaga betul uang kita dengan beberapa fitur keamanan yang mudah-mudahan ini akan tetap kuat yang sulit dipalsukan dan tingkat pemalsuannya ini tetap rendah," kata Imanuddin.
Sebelumnya diberitakan, Dittipideksus Bareskrim Polri menangkap 20 tersangka pemalsuan mata uang dan pengedar uang palsu dari tiga jaringan di wilayah Jakarta-Bogor, Tangerang, Demak dan Sukoharjo.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021
Tags: