Paralimpiade Tokyo 2020
Profil: Bolo Triyanto dan Hanik Puji Astuti membidik Paralimpiade
Oleh Arindra Meodia
24 Agustus 2021 12:35 WIB
Atlet menembak National Paralympic Committee (NPC) Hanik Puji Astuti (kanan) dan Bolo Triyanto (kiri) mengikuti pemusatan latihan Pelatnas di Hartono Trade Center, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (17/11/2020). Pelatnas NPC dilaksanakan saat pendemi COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan untuk persiapan Paralimpiade Tokyo 2021. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/pras.
Jakarta (ANTARA) - Hanik Puji Astuti dan Bolo Triyanto menjadi dua nama yang mewakili Indonesia di cabang olahraga para-menembak dalam Paralimpiade Tokyo 2020.
Lahir di Sragen, 12 Oktober 1983, Bolo Triyanto yang memiliki latar belakang pendidikan sekolah menengah pertama harus memulai bekerja di usia muda.
Bolo, yang saat itu berusia 18 tahun, bekerja di perusahaan pakan ternak. Di situ, dia terpaksa kehilangan tangan kanannya karena kecelakaan kerja.
"Tangan saya masuk ke mesin dan langsung tercabik-cabik," kata Bolo, dikutip dari situs resmi Komite Paralimpiade Internasional.
Baca juga: Para-menembak jadi cabang terakhir bertolak ke Paralimpiade Tokyo
Bolo bangkit dan berhasil mengikuti Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) hingga ASEAN Para Games ketika berusia 20 tahun.
Pada ASEAN Para Games 2003 di Vietnam, Bolo berkompetisi di cabang olahraga para-atletik, dan bahkan berhasil membawa pulang medali. Dia merupakan sprinter untuk lari jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter. Tampil di Vietnam, dia meraih satu medali emas dan dua medali perunggu.
Dalam Peparnas 2004 di Palembang, Bolo meraih tiga medali emas dan satu medali perak. Berlanjut ke ASEAN Para Games 2005 di Filipina, dia menyumbang dua medali emas dan satu medali perunggu untuk Indonesia.
Kemudian Peparnas 2008 di Samarinda, Bolo berhasil menambah koleksi tiga medali perak. Dalam perjalanannya, dia juga turut menjadi pelatih para-atletik.
Suami atlet para-atletik Ratmini itu kemudian tertarik pada cabang olahraga para-menembak setelah mengetahui bahwa olahraga tersebut menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan pada ASEAN Para Games 2015 di Singapura.
"Saya pensiun dari kompetisi (para-atletik) dan memutuskan untuk menjadi pelatih. Tetapi ketika saya mendengar tentang olahraga para-menembak yang baru, saya tertarik," kata pria yang saat ini berusia 37 tahun itu.
Baca juga: Seluruh atlet Indonesia tiba di Tokyo, siap tampil di Paralimpiade
Hanik Puji Astuti, yang saat ini berusia 25 tahun, awalnya adalah seorang atlet para-atletik balap kursi roda.
Lahir dengan keterbatasan fisik pada kedua kakinya, Hanik mengaku sempat mengalami momen ketika orang-orang memandangnya dengan sebelah mata. Sejak saat itu dia ingin maju untuk menunjukkan kepada orang-orang apa yang dapat dia capai. Dan, menurutnya olahraga dapat menjadi jawaban.
Keterbatasan tak menghalangi Hanik untuk berprestasi. Dia memenangi emas Malaysia Asian Youth 2013, meraih dua medali emas dan satu perak dalam Perparnas Riau 2012 dan menggondol dua medali emas dan satu perak dalam Perparnas Bandung 2016.
Sama seperti Bolo, Hanik mulai bertanding di cabang olahraga para-menembak pada ASEAN Para Games 2015 di Singapura di mana dia berhasil membawa pulang medali perunggu.
Baca juga: Ketua penyelenggara janji jauhkan Paralimpiade Tokyo dari pandemi
Fokus di para-menembak
Mengikuti seleksi menembak, Bolo berhasil lolos seleksi untuk ASEAN Para Games 2015 dan berhasil mempersembahkan medali. Dia meraih satu perak dari nomor R4 10 meter air rifle standing SH2 dan satu perunggu dari nomor R5 10 meter air rifle prone SH2.
Bolo kemudian berhasil membujuk istrinya, yang sama-sama pernah bertanding di cabang olahraga para-atletik di tingkat nasional, beralih ke olahraga para-menembak.
Kembali dari Singapura, Bolo membawa semua peralatan para-menembak untuk digunakan berlatih bersama istrinya. Ratmini berhasil bergabung dengan tim nasional untuk Asian Para Games 2018 Jakarta-Palembang.
Bolo meyakini bahwa olahraga para-menembak memang ditakdirkan untuk mereka berdua, terlebih dia dapat mengantongi tiket untuk berlaga di Paralimpiade Tokyo 2020.
Sementara itu, bagi Hanik menembak mengajarinya tentang kesabaran dan cara mengendalikan emosi, "menuntut kehadiran hati dan pikiran," ujar perempuan, yang mengenyam pendidikan di fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta itu.
Baca juga: 16 atlet NPC Indonesia ikuti seremonial pembukaan Paralimpiade Tokyo
Hanik dan Bolo berhasil lolos ke Paralimpiade Tokyo 2020. Keduanya akan turun pada nomor air rifle jarak 10 meter -- Bolo Tturun di nomor SH2 R5 air rifle prone putra, sementara Hanik di nomor SH1 R2 AIR rifle prone putri.
Hanik juga akan tampil bersama Bolo di nomor campuran 10 meter air rifle prone SH2.
Bidik prestasi Paralimpiade
Demi dapat mengasah kemampuannya, Bolo bahkan membangun lapangan tembak pribadi di rumahnya di Sragen, yang dia gunakan untuk berlatih menjelang Paralimpiade Tokyo 2020.
Dia tidak berhenti berlatih bahkan saat di rumah, karena menurut dia, "tiket ke Paralimpiade bukan tujuan, tetapi jalan untuk mengejar prestasi."
Bolo dan Hanik juga telah mengatakan kesiapannya. Setelah setahun lebih menjalani pemusatan latihan nasional di Surakarta, kini fokus latihan para menembak telah mencapai persiapan maksimal.
Untuk persiapan teknis, Hanik mengatakan fisik dan performa sudah sesuai dengan target yang diharapkan selama pelatnas.
Baca juga: Penyelenggara Paralimpiade Tokyo perketat protokol COVID-19
Sementara, untuk mengasah mental pertandingan, menurut atlet kelahiran Gunung Kidul, 22 Desember 1995 itu tim menembak Indonesia memiliki latihan tersendiri, yakni dengan menganggap semua latihan yang dilakukan sebagai pertandingan final agar mental lebih terasah.
"Semoga nanti ketika perlombaan nanti mental kita bisa sudah siap," kata Hanik.
Hanik akan menjadi pembawa bendera Indonesia, bersama atlet para-atletik nomor sprint kursi roda Jaenal Aripin, pada upacara pembukaan Paralimpiade Tokyo di Japan National Stadium, yang akan berlangsung Selasa malam, 24 Agustus.
Hanik dan Bolo dijadwalkan bertanding di Asaka Shooting Range mulai 30 Agustus 2021.
Lahir di Sragen, 12 Oktober 1983, Bolo Triyanto yang memiliki latar belakang pendidikan sekolah menengah pertama harus memulai bekerja di usia muda.
Bolo, yang saat itu berusia 18 tahun, bekerja di perusahaan pakan ternak. Di situ, dia terpaksa kehilangan tangan kanannya karena kecelakaan kerja.
"Tangan saya masuk ke mesin dan langsung tercabik-cabik," kata Bolo, dikutip dari situs resmi Komite Paralimpiade Internasional.
Baca juga: Para-menembak jadi cabang terakhir bertolak ke Paralimpiade Tokyo
Bolo bangkit dan berhasil mengikuti Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) hingga ASEAN Para Games ketika berusia 20 tahun.
Pada ASEAN Para Games 2003 di Vietnam, Bolo berkompetisi di cabang olahraga para-atletik, dan bahkan berhasil membawa pulang medali. Dia merupakan sprinter untuk lari jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter. Tampil di Vietnam, dia meraih satu medali emas dan dua medali perunggu.
Dalam Peparnas 2004 di Palembang, Bolo meraih tiga medali emas dan satu medali perak. Berlanjut ke ASEAN Para Games 2005 di Filipina, dia menyumbang dua medali emas dan satu medali perunggu untuk Indonesia.
Kemudian Peparnas 2008 di Samarinda, Bolo berhasil menambah koleksi tiga medali perak. Dalam perjalanannya, dia juga turut menjadi pelatih para-atletik.
Suami atlet para-atletik Ratmini itu kemudian tertarik pada cabang olahraga para-menembak setelah mengetahui bahwa olahraga tersebut menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan pada ASEAN Para Games 2015 di Singapura.
"Saya pensiun dari kompetisi (para-atletik) dan memutuskan untuk menjadi pelatih. Tetapi ketika saya mendengar tentang olahraga para-menembak yang baru, saya tertarik," kata pria yang saat ini berusia 37 tahun itu.
Baca juga: Seluruh atlet Indonesia tiba di Tokyo, siap tampil di Paralimpiade
Hanik Puji Astuti, yang saat ini berusia 25 tahun, awalnya adalah seorang atlet para-atletik balap kursi roda.
Lahir dengan keterbatasan fisik pada kedua kakinya, Hanik mengaku sempat mengalami momen ketika orang-orang memandangnya dengan sebelah mata. Sejak saat itu dia ingin maju untuk menunjukkan kepada orang-orang apa yang dapat dia capai. Dan, menurutnya olahraga dapat menjadi jawaban.
Keterbatasan tak menghalangi Hanik untuk berprestasi. Dia memenangi emas Malaysia Asian Youth 2013, meraih dua medali emas dan satu perak dalam Perparnas Riau 2012 dan menggondol dua medali emas dan satu perak dalam Perparnas Bandung 2016.
Sama seperti Bolo, Hanik mulai bertanding di cabang olahraga para-menembak pada ASEAN Para Games 2015 di Singapura di mana dia berhasil membawa pulang medali perunggu.
Baca juga: Ketua penyelenggara janji jauhkan Paralimpiade Tokyo dari pandemi
Fokus di para-menembak
Mengikuti seleksi menembak, Bolo berhasil lolos seleksi untuk ASEAN Para Games 2015 dan berhasil mempersembahkan medali. Dia meraih satu perak dari nomor R4 10 meter air rifle standing SH2 dan satu perunggu dari nomor R5 10 meter air rifle prone SH2.
Bolo kemudian berhasil membujuk istrinya, yang sama-sama pernah bertanding di cabang olahraga para-atletik di tingkat nasional, beralih ke olahraga para-menembak.
Kembali dari Singapura, Bolo membawa semua peralatan para-menembak untuk digunakan berlatih bersama istrinya. Ratmini berhasil bergabung dengan tim nasional untuk Asian Para Games 2018 Jakarta-Palembang.
Bolo meyakini bahwa olahraga para-menembak memang ditakdirkan untuk mereka berdua, terlebih dia dapat mengantongi tiket untuk berlaga di Paralimpiade Tokyo 2020.
Sementara itu, bagi Hanik menembak mengajarinya tentang kesabaran dan cara mengendalikan emosi, "menuntut kehadiran hati dan pikiran," ujar perempuan, yang mengenyam pendidikan di fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta itu.
Baca juga: 16 atlet NPC Indonesia ikuti seremonial pembukaan Paralimpiade Tokyo
Hanik dan Bolo berhasil lolos ke Paralimpiade Tokyo 2020. Keduanya akan turun pada nomor air rifle jarak 10 meter -- Bolo Tturun di nomor SH2 R5 air rifle prone putra, sementara Hanik di nomor SH1 R2 AIR rifle prone putri.
Hanik juga akan tampil bersama Bolo di nomor campuran 10 meter air rifle prone SH2.
Bidik prestasi Paralimpiade
Demi dapat mengasah kemampuannya, Bolo bahkan membangun lapangan tembak pribadi di rumahnya di Sragen, yang dia gunakan untuk berlatih menjelang Paralimpiade Tokyo 2020.
Dia tidak berhenti berlatih bahkan saat di rumah, karena menurut dia, "tiket ke Paralimpiade bukan tujuan, tetapi jalan untuk mengejar prestasi."
Bolo dan Hanik juga telah mengatakan kesiapannya. Setelah setahun lebih menjalani pemusatan latihan nasional di Surakarta, kini fokus latihan para menembak telah mencapai persiapan maksimal.
Untuk persiapan teknis, Hanik mengatakan fisik dan performa sudah sesuai dengan target yang diharapkan selama pelatnas.
Baca juga: Penyelenggara Paralimpiade Tokyo perketat protokol COVID-19
Sementara, untuk mengasah mental pertandingan, menurut atlet kelahiran Gunung Kidul, 22 Desember 1995 itu tim menembak Indonesia memiliki latihan tersendiri, yakni dengan menganggap semua latihan yang dilakukan sebagai pertandingan final agar mental lebih terasah.
"Semoga nanti ketika perlombaan nanti mental kita bisa sudah siap," kata Hanik.
Hanik akan menjadi pembawa bendera Indonesia, bersama atlet para-atletik nomor sprint kursi roda Jaenal Aripin, pada upacara pembukaan Paralimpiade Tokyo di Japan National Stadium, yang akan berlangsung Selasa malam, 24 Agustus.
Hanik dan Bolo dijadwalkan bertanding di Asaka Shooting Range mulai 30 Agustus 2021.
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021
Tags: