Jakarta (ANTARA News) - Rencana PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk untuk membeli saham mayoritas PT Bank Agroniaga Tbk (Bank Agro) masih harus menunggu keluarnya ijin dari Bank Indonesia.

"Setelah tanda tangan perjanjian pengikatan jual beli (PPJB) Kamis (19/8) lalu, surat ijinnya kita langsung kirim ke Bank Indonesia. Mudah-mudahan dalam waktu tidak lama akan segera keluar ijinnya," kata Sekretaris Perusahaan BRI, Muhamad Ali saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Dijelaskannya, BRI sepakat untuk membeli 88,65 persen saham Bank Agro yang dimiliki PT Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun). Jumlah itu, katanya telah memperhitungkan adanya waran seri I yang belum dieksekusi pemegang saham lain.

"Nantinya, posisi saham BRI di Bank Agro 76 persen saham, Dapenbun 14 persen, dan publik 10 persen. Kelebihan saham dari 88,65 persen menjadi 76 persen akan kita tender offer," katanya.

Dikatakannya, BRI berniat membeli bank Agro untuk memperkuat posisi UMKM BRI terutama di bidang agribisnis, sehingga lebih fokus dalam mengembangkan usaha pertanian di Indonesia.

"Setelah diakuisisi kita akan pikirkan untuk menambah modal bank Agro agar bank ini bisa lebih berkembang menjadi lebih baik dan fokus pada pemberian kredit agribisnis," katanya.

Sedangkan mengenai rencana "stock split" atau pemecahan nilai saham BRI, Muhamad Ali mengatakan hal itu masih dalam kajian tim di BRI, dan belum diketahui rencana waktu serta besaran pemecahan nilainya.

"Ini masih kajian, kita belum tahu kapan dilakukan," katanya.

Ali juga mengatakan, rencana stock split ini tidak harus menunggu saham BRI mencapai nilai Rp10.000 per saham, karena yang penting nilai saham setelah dipecah masih menarik bagi investor.

"Kita lihat kondisi pasar, sekarang memang masih bagus. Mudah-mudahan triwulan IV ini bisa dilakukan," katanya.

(D012/B012/S026)