Artikel
Siasat ibadah Ramadhan sehat saat pandemi ala Azis Syamsuddin
Oleh Genta Tenri Mawangi/Erlangga Bregas Prakoso
24 April 2021 06:14 WIB
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Azis Syamsuddin, saat ditemui di kediamannya di Jakarta, Jumat (23/4/2021) untuk wawancara khusus bersama ANTARA, menghabiskan waktu jelang berbuka puasa dengan menulis, membaca buku, dan membaca Al Quran. ANTARA/Erlangga Bregas Prakoso.
Jakarta (ANTARA) - Di tengah pandemi COVID-19, menjalankan ibadah puasa Ramadhan punya tantangan tersendiri, terutama bagaimana menjaga stamina tubuh tetap prima, bugar, dan tidak mudah terserang penyakit.
Terkait itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Azis Syamsuddin punya kiat-kiat tersendiri yang dapat memastikan dirinya tetap sehat secara fisik dan rohani saat berpuasa selama pandemi.
Menurut dia, kunci ibadah puasa sehat selama pandemi COVID-19 ada pada menjaga kebiasaan hidup yang disiplin dan teratur, serta mengonsumsi beberapa jenis panganan yang diyakini dapat memperkuat stamina.
"Yang paling penting ada kurma," kata Azis saat menerima ANTARA di rumah dinasnya di Jakarta, pekan ini.
Bagi Azis, yang hari-harinya diisi oleh banyak kegiatan, kurma merupakan sumber energi paling baik yang selalu ia konsumsi sebelum mulai berpuasa dan saat membatalkan ibadah puasa.
"Ada kurma, beres itu," kata dia yang menjagokan kurma sebagai panganan favoritnya selama Ramadhan.
Di samping kurma, ia juga memiliki kebiasaan mengonsumsi madu untuk menjaga stamina dan memelihara kesehatan.
Berbekal kurma dan madu, Azis mengaku ia mampu menjalankan ibadah puasa dengan penuh energi sehingga ia dapat melakukan seluruh rutinitas pekerjaan dan kegiatan lain tanpa rasa lelah atau lemas karena kekurangan nutrisi.
"Saya biasanya makan kurma dalam jumlah ganjil, tiga, lima, atau tujuh," kata Azis membagikan tipsnya saat ditanya ANTARA mengenai kebiasaannya agar tetap sehat berpuasa di tengah situasi pandemi COVID-19.
Konsumsi kurma untuk berbuka puasa dan sahur merupakan kebiasaan yang banyak dijalankan oleh Umat Islam, karena mereka meyakini itu sebagai ajaran dari Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, terkait konsumsi kurma dalam jumlah ganjil, beberapa meyakini Nabi Muhammad SAW melakukan kebiasaan itu sebagaimana diriwayatkan oleh beberapa hadist.
Akan tetapi, sumber-sumber hadist terkait konsumsi kurma dalam jumlah ganjil masih menuai banyak perdebatan.
Walaupun demikian, kurma dan madu merupakan panganan yang masuk dalam super food atau makanan yang diyakini sebagai sumber energi bagi tubuh. Berbagai penelitian menunjukkan kurma merupakan makanan rendah kalori, rendah lemak, tinggi kandungan serat, protein, serta berbagai vitamin dan mineral seperti Vitamin K, Kalsium, Zat Besi, Magnesium, Potassium, dan Selenium -- zat antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.
Sementara itu, madu, jika merujuk pada beberapa penelitian, mengandung tidak hanya beberapa jenis mineral, tetapi juga zat antioksidan. Konsumsi madu secara rutin juga diyakini dapat mengurangi risiko penyakit jantung, mengingat kandungan dalam madu berpotensi dapat menurunkan kadar lemak-lemak jahat dalam darah.
Baca juga: Kurma hingga apel, daftar makanan "ajaib" cegah kanker
Namun, konsumsi panganan sehat bukan satu-satunya cara Azis menjaga kebugaran selama berpuasa di tengah situasi pandemi COVID-19.
Menurut dia, pola hidup yang disiplin dan teratur jadi kunci agar tubuh tetap bugar dan tidak cepat lelah saat berpuasa selama pandemi.
Bagi Azis, politisi senior Partai Golkar, aktivitas fisik dan jam tidur cukup jadi kebiasaan yang cukup ampuh untuk menjaga kesehatan tubuh.
"Olahraga pada siang hari susah (karena puasa), jadi bagaimana aktivitas itu diganti malam hari, salah satunya dengan menjalankan ibadah shalat sunnah Tarawih," kata Azis.
"Saya juga mengajak sehabis shalat Subuh, jangan tidur. Tidurnya nanti habis shalat sunnah duha, karena jika habis makan tidur, perutnya akan sakit," kata dia menceritakan pengalamannya menjaga pola hidup sehat selama puasa.
Beberapa penelitian menunjukkan aktivitas makan yang langsung diikuti dengan tidur tidak cukup baik bagi tubuh. Pasalnya, tidur dapat menghambat kerja tubuh untuk mencerna makanan dalam tubuh. Oleh karena itu, para ahli kesehatan kerap berpesan agar aktivitas makan tidak langsung diikuti oleh tidur, melainkan dengan sejumlah aktivitas fisik yang dapat membantu sistem pencernaan dan metabolisme dalam tubuh bekerja lebih optimal menyerap berbagai nutrisi hasil konsumsi.
Di samping aktivitas fisik, jam tidur yang cukup jadi salah satu kebutuhan yang penting dipenuhi, kata Azis.
"Jam sembilan, jam 10, biasanya saya sudah tidur jika tidak ada kegiatan. Tapi, kalau ada kegiatan, (jam tidur) itu saya putar lagi. Saya kalau malam ada kegiatan, berarti besok paginya sampai jam shalat Zuhur (sekitar pukul 12.00), akan mengosongkan jadwal," kata dia.
"Kita perlu tidur (yang cukup) dan bahaya jika tidak begitu (dilakukan dengan baik)," ujar dia menambahkan.
Baca juga: Mengenal aneka jenis kurma, buah favorit saat Ramadhan
Beribadah di rumah
Terlepas dari berbagai pengalamannya itu, Azis berpendapat taat protokol kesehatan merupakan prioritas utama tetap sehat dan jauh dari segala risiko penyakit, utamanya COVID-19.
Oleh karena itu, ia mengatakan selama puasa Ramadhan, berbagai kegiatan banyak dihabiskan di dalam rumah bersama keluarga.
"Ngabuburitnya baca Al Quran, buku-buku tafsir, dan baca buku (di rumah)," kata Azis menceritakan kebiasaannya menghabiskan waktu jelang berbuka atau yang populer dengan istilah ngabuburit.
"Sekarang sekitar 12 (juz)," kata Azis sembari menunjukkan batas bacaan Al Qurannya kepada ANTARA. Ia mengaku lebih memilih membaca Al Quran lewat buku fisik daripada di layar gawai, karena ukuran huruf di buku jauh lebih besar dan nyaman bagi mata.
Umumnya, ngabuburit banyak dilakukan di luar rumah, misalnya berbelanja jajanan/cemilan berbuka puasa, bertemu dengan rekan atau sejawat, atau menghabiskan waktu di masjid dan mushola.
Namun, menurut Azis, kegiatan ngabuburit yang aman sebaiknya dilakukan di dalam rumah agar mengurangi risiko penularan COVID-19. Menurut dia, menghabiskan waktu lebih banyak di rumah tidak hanya menyelamatkan diri dan keluarga, tetapi juga dapat jadi ajang untuk mempererat hubungan dengan orang-orang terkasih di rumah.
"(Saya) menyempatkan diri lebih banyak di rumah, lebih banyak berkumpul dengan keluarga, karena saya tahu, sebagai wakil ketua DPR RI, kesibukan saya itu membuat saya jarang berkumpul dengan keluarga. Oleh karena itu, saya harus memberikan quality time (waktu yang berkualitas, Red) untuk keluarga. Tidak jumlah, tetapi kualitasnya," ujar dia.
Menurut dia, waktu yang lebih banyak dihabiskan di rumah memberikan kesempatan bagi Azis untuk beribadah dan melakukan perenungan-perenungan atas hidup.
"Sebagai wakil ketua DPR RI, anginnya (godaannya) kencang, dan tentu yang bisa melindungi saya, fondasi yang bisa melindungi saya cuma Allah SWT," kata dia.
Oleh karena itu, menurut Azis, nikmat atas iman atau keyakinan terhadap Sang Pencipta menempati urutan teratas dalam hidupnya dibandingkan dengan kenikmatan lain dalam hidup.
"Setelah nikmat harta, nikmat kesehatan, nikmat kehidupan, namun yang paling hakiki dan itu yang saya kejar, yaitu nikmat iman, bagaimana saya mendekatkan diri kepada Allah, khususnya di bulan suci Ramadhan 1442 Hijriah. Saya harus semaksimal mungkin, sedapat mungkin, dengan sekuat tenaga, pikiran menjalankan ibadah, sembahyang, sedekah, infak, zakat, saya harus lakukan," kata Azis membagikan hasil perenungannya selama Ramadhan tahun ini.
Baca juga: Anggota DPR ajak elit politik kembali merajut kedamaian
Terkait itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Azis Syamsuddin punya kiat-kiat tersendiri yang dapat memastikan dirinya tetap sehat secara fisik dan rohani saat berpuasa selama pandemi.
Menurut dia, kunci ibadah puasa sehat selama pandemi COVID-19 ada pada menjaga kebiasaan hidup yang disiplin dan teratur, serta mengonsumsi beberapa jenis panganan yang diyakini dapat memperkuat stamina.
"Yang paling penting ada kurma," kata Azis saat menerima ANTARA di rumah dinasnya di Jakarta, pekan ini.
Bagi Azis, yang hari-harinya diisi oleh banyak kegiatan, kurma merupakan sumber energi paling baik yang selalu ia konsumsi sebelum mulai berpuasa dan saat membatalkan ibadah puasa.
"Ada kurma, beres itu," kata dia yang menjagokan kurma sebagai panganan favoritnya selama Ramadhan.
Di samping kurma, ia juga memiliki kebiasaan mengonsumsi madu untuk menjaga stamina dan memelihara kesehatan.
Berbekal kurma dan madu, Azis mengaku ia mampu menjalankan ibadah puasa dengan penuh energi sehingga ia dapat melakukan seluruh rutinitas pekerjaan dan kegiatan lain tanpa rasa lelah atau lemas karena kekurangan nutrisi.
"Saya biasanya makan kurma dalam jumlah ganjil, tiga, lima, atau tujuh," kata Azis membagikan tipsnya saat ditanya ANTARA mengenai kebiasaannya agar tetap sehat berpuasa di tengah situasi pandemi COVID-19.
Konsumsi kurma untuk berbuka puasa dan sahur merupakan kebiasaan yang banyak dijalankan oleh Umat Islam, karena mereka meyakini itu sebagai ajaran dari Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, terkait konsumsi kurma dalam jumlah ganjil, beberapa meyakini Nabi Muhammad SAW melakukan kebiasaan itu sebagaimana diriwayatkan oleh beberapa hadist.
Akan tetapi, sumber-sumber hadist terkait konsumsi kurma dalam jumlah ganjil masih menuai banyak perdebatan.
Walaupun demikian, kurma dan madu merupakan panganan yang masuk dalam super food atau makanan yang diyakini sebagai sumber energi bagi tubuh. Berbagai penelitian menunjukkan kurma merupakan makanan rendah kalori, rendah lemak, tinggi kandungan serat, protein, serta berbagai vitamin dan mineral seperti Vitamin K, Kalsium, Zat Besi, Magnesium, Potassium, dan Selenium -- zat antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.
Sementara itu, madu, jika merujuk pada beberapa penelitian, mengandung tidak hanya beberapa jenis mineral, tetapi juga zat antioksidan. Konsumsi madu secara rutin juga diyakini dapat mengurangi risiko penyakit jantung, mengingat kandungan dalam madu berpotensi dapat menurunkan kadar lemak-lemak jahat dalam darah.
Baca juga: Kurma hingga apel, daftar makanan "ajaib" cegah kanker
Namun, konsumsi panganan sehat bukan satu-satunya cara Azis menjaga kebugaran selama berpuasa di tengah situasi pandemi COVID-19.
Menurut dia, pola hidup yang disiplin dan teratur jadi kunci agar tubuh tetap bugar dan tidak cepat lelah saat berpuasa selama pandemi.
Bagi Azis, politisi senior Partai Golkar, aktivitas fisik dan jam tidur cukup jadi kebiasaan yang cukup ampuh untuk menjaga kesehatan tubuh.
"Olahraga pada siang hari susah (karena puasa), jadi bagaimana aktivitas itu diganti malam hari, salah satunya dengan menjalankan ibadah shalat sunnah Tarawih," kata Azis.
"Saya juga mengajak sehabis shalat Subuh, jangan tidur. Tidurnya nanti habis shalat sunnah duha, karena jika habis makan tidur, perutnya akan sakit," kata dia menceritakan pengalamannya menjaga pola hidup sehat selama puasa.
Beberapa penelitian menunjukkan aktivitas makan yang langsung diikuti dengan tidur tidak cukup baik bagi tubuh. Pasalnya, tidur dapat menghambat kerja tubuh untuk mencerna makanan dalam tubuh. Oleh karena itu, para ahli kesehatan kerap berpesan agar aktivitas makan tidak langsung diikuti oleh tidur, melainkan dengan sejumlah aktivitas fisik yang dapat membantu sistem pencernaan dan metabolisme dalam tubuh bekerja lebih optimal menyerap berbagai nutrisi hasil konsumsi.
Di samping aktivitas fisik, jam tidur yang cukup jadi salah satu kebutuhan yang penting dipenuhi, kata Azis.
"Jam sembilan, jam 10, biasanya saya sudah tidur jika tidak ada kegiatan. Tapi, kalau ada kegiatan, (jam tidur) itu saya putar lagi. Saya kalau malam ada kegiatan, berarti besok paginya sampai jam shalat Zuhur (sekitar pukul 12.00), akan mengosongkan jadwal," kata dia.
"Kita perlu tidur (yang cukup) dan bahaya jika tidak begitu (dilakukan dengan baik)," ujar dia menambahkan.
Baca juga: Mengenal aneka jenis kurma, buah favorit saat Ramadhan
Beribadah di rumah
Terlepas dari berbagai pengalamannya itu, Azis berpendapat taat protokol kesehatan merupakan prioritas utama tetap sehat dan jauh dari segala risiko penyakit, utamanya COVID-19.
Oleh karena itu, ia mengatakan selama puasa Ramadhan, berbagai kegiatan banyak dihabiskan di dalam rumah bersama keluarga.
"Ngabuburitnya baca Al Quran, buku-buku tafsir, dan baca buku (di rumah)," kata Azis menceritakan kebiasaannya menghabiskan waktu jelang berbuka atau yang populer dengan istilah ngabuburit.
"Sekarang sekitar 12 (juz)," kata Azis sembari menunjukkan batas bacaan Al Qurannya kepada ANTARA. Ia mengaku lebih memilih membaca Al Quran lewat buku fisik daripada di layar gawai, karena ukuran huruf di buku jauh lebih besar dan nyaman bagi mata.
Umumnya, ngabuburit banyak dilakukan di luar rumah, misalnya berbelanja jajanan/cemilan berbuka puasa, bertemu dengan rekan atau sejawat, atau menghabiskan waktu di masjid dan mushola.
Namun, menurut Azis, kegiatan ngabuburit yang aman sebaiknya dilakukan di dalam rumah agar mengurangi risiko penularan COVID-19. Menurut dia, menghabiskan waktu lebih banyak di rumah tidak hanya menyelamatkan diri dan keluarga, tetapi juga dapat jadi ajang untuk mempererat hubungan dengan orang-orang terkasih di rumah.
"(Saya) menyempatkan diri lebih banyak di rumah, lebih banyak berkumpul dengan keluarga, karena saya tahu, sebagai wakil ketua DPR RI, kesibukan saya itu membuat saya jarang berkumpul dengan keluarga. Oleh karena itu, saya harus memberikan quality time (waktu yang berkualitas, Red) untuk keluarga. Tidak jumlah, tetapi kualitasnya," ujar dia.
Menurut dia, waktu yang lebih banyak dihabiskan di rumah memberikan kesempatan bagi Azis untuk beribadah dan melakukan perenungan-perenungan atas hidup.
"Sebagai wakil ketua DPR RI, anginnya (godaannya) kencang, dan tentu yang bisa melindungi saya, fondasi yang bisa melindungi saya cuma Allah SWT," kata dia.
Oleh karena itu, menurut Azis, nikmat atas iman atau keyakinan terhadap Sang Pencipta menempati urutan teratas dalam hidupnya dibandingkan dengan kenikmatan lain dalam hidup.
"Setelah nikmat harta, nikmat kesehatan, nikmat kehidupan, namun yang paling hakiki dan itu yang saya kejar, yaitu nikmat iman, bagaimana saya mendekatkan diri kepada Allah, khususnya di bulan suci Ramadhan 1442 Hijriah. Saya harus semaksimal mungkin, sedapat mungkin, dengan sekuat tenaga, pikiran menjalankan ibadah, sembahyang, sedekah, infak, zakat, saya harus lakukan," kata Azis membagikan hasil perenungannya selama Ramadhan tahun ini.
Baca juga: Anggota DPR ajak elit politik kembali merajut kedamaian
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: