Padang (ANTARA News) - Guru besar pemikiran Islam dari IAIN Imam Bonjol Padang, Prof.Dr.Duski Samad, menilai, cara polisi menangani teroris telah menganggu rasa keadilan masyarakat.
"Kok selalu harus ada korban, harus mati. Itu terjadi ketika tersangka teroris memakai senjata laras pendek, berhadapan dengan polisi yang menggunakan senjata laras panjang. Kesannya, polisi kurang profesional," kata Duski di Padang, Jumat.
Mestinya, kata dia, polisi juga menghormati rasa keagamaan dan keadilan masyarakat.
Ulama kondang Sumbar itu menilai, dilihat dari aspek kemanusiaan, terkesan ada rekayasa dalam penggerebekan teroris di Pamulang, Selasa (9/3).
"Siapapun bisa melihat hari ini, kesannya penggerebekan teroris tersebut berkaitan dengan rencana kedatangan Persiden Amerika Serikat, Barack H. Obama. Ketika datang orang-orang penting dari AS, selalu ada perburuan terhadap teroris," kata pengurus MUI Sumbar itu.
Ia mengatakan, cara-cara yang dilakukan polisi dengan menembak mati tersangka teroris, mengakibatkan terganggunya perasaan masyarakat.
"Masa dengan jumlah tersangka yang tidak seberapa, lalu polisi jumlahnya banyak bersenjata lengkap, harus memberondong. Alangkah indahnya kalau mereka ditangkap," katanya.
Hal lain yang menjadi pertanyaan adalah, penjagaan ketat terhadap mayat yang disebut sebagai Dulmatin. Di sana terkesan aparat show of force.
Menurut dia, mereka yang jadi teroris karena faktor perjuangan jumlahnya tidak banyak.
"Di Indonesia hal itu bisa terjadi karena karena orang sulit mendapatkan lapangan kerja, padahal mereka ingin mendapatkan sesuatu lebih," ujarnya.(ANT/A038)
Kritik Atas Cara Polisi Tumpas Teroris
12 Maret 2010 12:09 WIB
Pria yang ditembak Densus 88 Antiteror Mabes Polri, di Gang Asem, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (9/3). (ANTARA/Lucky R)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: