Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Pol Ito Sumardi mengatakan, pihaknya terus menelusuri asal senjata yang digunakan Dulmatin dan sekelompok orang yang diduga teroris di Aceh.

Kepada pers usai usai acara apel latihan gabungan anti teror TNI dan Polri di Monas, Jakarta, Kamis, Ito menjelaskan, Polri telah menyita tujuh senjata api jenis revolver, pistol jenis FN, AK 47 dan M16.

"Jumlah senjata yang dimiliki mereka bisa saja lebih banyak lagi. Para tersangka yang tertangkap tidak mau buka mulut soal asal senjata itu," katanya.

Ito mengatakan, senjata itu diduga berasal dari luar negeri dan diselundupkan dengan cara dipreteli menjadi komponen-komponen kecil. "Senjata kan bisa dirakit di sini. Asal senjata bisa dari mana saja. Ini juga yang sedang kita cari dari mana mereka mendapatkan senjata," katanya.

Menurut dia, polisi juga mencari asal sekitar 7.000 butir peluru yang juga disita. Peluru-peluru itu diduga berasal dari luar namun ada juga yang berasal dari dalam negeri.

"Banyak peluru yang kelihatannya sudah tua dan bekas dipendam lama di dalam tanah. Bisa saja ini peluru yang diperoleh dari sisa konflik di Aceh. Peluru itu bisa dari mana saja," ujarnya.

Ito mengatakan, kelompok Dulmatin yang berlatih kemiliteran di Aceh tidak punya pelatih secara khusus tapi pelatih berasal dari kalangan mereka sendiri.

"Berlatihnya dengan cara berbagi pengalaman. Sebagian dari mereka kan pernah menjadi sukarelawan dan mendapatkan latihan militer di Philipina dan Afghanistan," ujarnya.

Soal aliran dana, Ito belum bisa menjelaskan dan Polri akan bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK).

Polri menyita barang bukti kiriman uang dalam bentuk mata rupiah dan uang asing dari lokasi penangkapan di Pamulang.
(S027)