Jakarta (ANTARA) - Manajemen PSIM Yogyakarta meminta kepada PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) agar tidak menganaktirikan Liga 2 Indonesia yang nasibnya dianggap belum jelas hingga saat ini.
"Liga 2 seperti dianaktirikan. Kita melihat dalam kondisi sulit dan susah, semua dalam kondisi susah. Kita hanya butuh saling mengerti dan kita harap perhatian lebih untuk Liga 2," ujar manajer PSIM David Hutauruk dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan perhatian yang dimaksud adalah perihal kepastian regulasi, jadwal pertandingan, protokol kesehatan, hingga subsidi. Apabila semuanya sudah jelas, maka akan berdampak pada persiapan tim.
Baca juga: LIB terus godok persiapan Liga 2 Indonesia 2020
Sebelumnya, Liga 2 Indonesia 2020 yang berlangsung di tengah pandemi COVID-19 digelar dengan sistem turnamen, bukan satu musim kompetisi penuh.
LIB memproyeksikan kompetisi ini dimulai pertengahan Oktober 2020 dan selesai sekitar 45 hari setelahnya atau pada November 2020. Nantinya, 24 tim peserta dibagi ke dalam empat grup, di mana satu grup terdiri dari enam klub.
Teknisnya, LIB berencana memisah lokasi pertandingan empat grup itu ke provinsi yang berbeda-beda.
Namun hingga kini belum ada bahasan lanjutan mengenai nasib kompetisi kasta kedua di sepak bola Indonesia tersebut. Menurut David, PSSI dan PT. LIB cenderung selalu berfokus ke Liga 1, sementara Liga 2 seolah tak mendapat perhatian.
"Untuk Liga 2 sponsorship tidak terlalu banyak, penyiaran juga tak seperti Liga 1. Jadi kita berharap ada perhatian lebih kepada kami klub Liga 2 yang sangat struggle (berjuang)," kata dia.
Baca juga: PSSI akan terbitkan SK Liga 1, 2 dan 3 dilanjutkan mulai Oktober
Baca juga: PSPS Riau siapkan dua stadion di Pekanbaru jadi tuan rumah Liga 2
Baca juga: Klub-klub Liga 2 desak LIB bayar subsidi April-Juni 2020
Liga 2 Indonesia
PSIM minta PSSI tidak menganaktirikan Liga 2
28 Juli 2020 21:55 WIB
Foto ilustrasi: PT Liga Indonesia Baru. ANTARA/HO-PT Liga Indonesia Baru/pri.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020
Tags: