Jakarta (ANTARA) - Persiraja Banda Aceh memilih Stadion Maguwoharjo, Sleman, sebagai markasnya untuk mengarungi lanjutan kompetisi Liga 1 Indonesia yang akan dimulai pada Oktober mendatang.

"PSSI memberi pilihan tiga stadion, dan kita pilih Maguwoharjo, karena stadion ini lebih bagus," ujar Presiden Persiraja Nazaruddin Dek Gam seperti dilansir dari laman resmi klub di Jakarta, Minggu.

Sebelumnya, PSSI dan PT. Liga Indonesia Baru (PT. LIB) memutuskan kelanjutan kompetisi digelar pada Oktober dan dipusatkan di Pulau Jawa guna meminimalisir terpaparnya COVID-19.

Baca juga: Dirut LIB pastikan lanjutan Liga 1 digelar di Pulau Jawa

Dengan dikonsentrasikan di Pulau Jawa, tim-tim akan berpindah-pindah dengan transportasi darat demi mencegah penyebaran COVID-19. Seluruh kegiatan selama lanjutan liga nantinya dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.

Bagi tim-tim yang berasal dari luar pulau Jawa, PSSI memberikan tiga opsi stadion yakni Stadion Maguwoharjo Sleman (Home-base PSS), Stadion Sultan Agung Bantul (Persiba Bantul), dan Stadion Mandala Krida Kota Yogyakarta (milik PSIM Jogja).

Baca juga: LIB: 13 tim ajukan stadion kandang selama lanjutan Liga 1 2020

Menurut Nazaruddin, alasan pemilihan Maguwoharjo sebagai markas karena sudah memiliki standar yang ditetapkan federasi, di samping itu digunakan PSS Sleman sebagai Homebase.

"Dan juga sudah pasti sesuai dengan apa standar yang ditetapkan di Liga 1," katanya.

Meski telah memutuskan, Nazaruddin meminta kejelasan kepada PSSI dan PT. LIB soal tempat latihan. Terlebih stadion itu akan digunakan oleh klub-klub peserta lainnya.

Sementara tim asal Ibukota, Persija Jakarta, memutuskan bahwa tim berjuluk Macan Kemayoran itu berkandang di Stadion Sultan Agung, Bantul, selama menjalani lanjutan Liga 1 Indonesia 2020.

Baca juga: Persija Jakarta berkandang di Bantul selama lanjutan Liga 1 2020

Dikutip dari laman resmi Persija di Jakarta, Minggu, Direktur Olahraga Persija Ferry Paulus mengatakan, keputusan itu terpaksa diambil karena penyebaran COVID-19 di Jakarta masih relatif tinggi.

"Menggelar pertandingan di Jakarta dengan kondisi COVID-19 yang masih belum stabil menjadi beban yang sangat berat, apalagi 'extraordinary' kompetisi terbilang sangat singkat hanya berdurasi kurang dari enam bulan, dengan menyisakan 32 'match'," ujar Ferry.